Politik

Adian Napitupulu, Popularitasnya Disejajarkan Elit TKN Jokowi-Ma’ruf Amin

(Dutabalinews.com),Sosok Adian Yunus Yusak Napitupulu atau dikenal dengan sebutan Adian Napitupulu (48) cukup mencuri perhatian selama proses pelaksanaan pemilu presiden (Pilpres) 2019.

Politikus yang saat ini menjabat sebagai anggota DPR RI fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kerap tampil dalam acara debat terutama di layar kaca. Tidak salah jika popularitas pria kelahiran Manado, 9 Januari 1971 ini dapat disejajarkan dengan tim elit Tim Kemenangan Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin.

Anak dari pasangan Ishak Parluhutan Napitupulu dan Soeparti Esther, ini pada masa kecilnya sering berpindah-pindah kota untuk mengikuti dinas ayahnya yang merupakan pegawai negeri sipil dan sempat menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri di beberapa kota. Ketika berumur 10 tahun, sang ayah meninggal dunia ketika menjabat di Kejaksaan Agung RI dan membuat Adian akhirnya tinggal di Jakarta untuk selanjutnya.

Sebelum menjadi politisi, Adian lebih dulu dikenal sebagai seorang aktivis politik dan pergerakan mahasiswa dengan sebutan parlemen jalanan yang digagasnya. Sebagai seorang aktivis, Adian memiliki rekam jejak yang cukup panjang dalam keterlibatannya dengan berbagai aksi.

Pada tahun 1991, Adian sempat ditangkap dan ditahan ketika menjadi buruh di sebuah pabrik kayu karena keterlibatannya dalam 5 kali demontrasi dan pemogokan di pabrik, Adian kemudian diberhentikan dengan tidak hormat.

Adian Napitupulu kuliah di Universitas Kristen Indonesia (UKI) di Cawang, Jakarta dan mengambil jurusan hukum. Pada tahun 1992 dia mendaftarkan diri sebagai anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) di kampus tersebut dan kemudian mendirikan kelompok diskusi ProDeo pada tahun 1994.

Pada tahun 1995, Adian terpilih menjadi senat mahasiswa UKI dan melibatkan diri dalam berbagai pergerakan mahasiswa yang dilakukan pada masa itu. Tercatat, Adian mengikuti demonstrasi solidaritas terhadap Sri Bintang Pamungkas yang membuatnya ditangkap dan diinterogasi oleh polisi.

Keterlibatan Adian dengan PDI dan Megawati mulai terjadi pada tahun 1996. Pada saat itu, dia mendirikan posko Pemuda Mahasiswa Pro Megawati yang merupakan satu-satunya organisasi non PDI yang memberikan dukungannya pada Megawati Soekarno Putri usai kejadian penyerbuan kantor DPP PDI pada tanggal 27 Juli 1996 (Kudatuli).

Baca Juga :   Perkembangan Covid-19 di Bali, Pasien Sembuh Terus Meningkat 

Dukungan yang diberikan Adian ini diwujudkan dengan mengumpulkan sejumlah kawan-kawan sesama aktivis untuk menggalang demonstrasi solidaritas. Demonstrasi pertama dilakukannya pada 28 Oktober 1996 di Gedung Sumpah Pemuda yang kemudian menyebabkan Adian ditangkap dan diinterogasi kembali oleh kepolisian.

Akhir tahun 1996, Adian bersama kawan-kawannya membentuk Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN) Jakarta. Salah satu bantuan yang diberikan oleh lembaga ini adalah pengorganisasian terhadap Korban SUTET di Desa Cibentang, Parung Jawa Barat, pada tahun 1997.

Tahun 1998, Adian mulai semakin diperhitungkan karena terlibat pada pendirian Komunitas Mahasiswa se Jabodetabek bernama Forum Kota. Organisasi ini berisi 16 kampus dan merupakan dua organisasi mahasiswa pertama yang menduduki gedung DPR/MPR Senayan pada tanggal 18 Mei 1998.

Usai tumbangnya Orde Baru, Adian terus terlibat dalam berbagai gerakan serta aktivitas yang pro rakyat. Pada tahun 2009, Adian mendirikan organisasi Bendera (Benteng Demokrasi Rakyat). Bendera dikenal sebagai organisasi yang melakukan protes dan mogok makan sebagai bentuk solidaritas atas nasib kaum buruh pada tahun 2012.

Pada tahun 2009, Adian sempat mendaftar menjadi calon anggota DPR melalui PDI Perjuangan namun ternyata dia belum lolos ke Senayan pada waktu itu. Namun pada tahun 2014, Adian Napitupulu berhasil duduk menjadi anggota DPR dari PDI Perjuangan dari Dapil Jabar V. Ini yang membuat nama Adian Napitupulu semakin moncer. (awd)

Berikan Komentar