Ekonomi & Bisnis

Sumarjaya Linggih: Perlu Diawasi Pengusaha Besar Memanfaatkan “Nomini”

(Dutabalinews.com),Upaya mengangkat produk lokal masuk ke sektor pariwisata seperti hotel dan restoran tak cukup sebatas peraturan baik itu perda atau pergub. Perlu ada ‘action’ di lapangan seperti pengawasan oleh aparat seberapa jauh aturan itu diterapkan. Bila perlu bagi yang tak mau mematuhi aturan, izin usahanya tidak diperpanjang lagi.

“Kita tak perlu terlalu banyak mengeluarkan aturan. Yang penting aturan itu ada tindak lanjutnya, efektif dan diawasi. Saya kira Satpol PP bisa diturunkan untuk mengawasi efektivitas aturan itu agar jangan terkesan macan ompong,” ujar Anggota Komisi VI DPR RI Gede Sumarjaya Linggih, Jumat (31/5/2019) di Denpasar.

Politisi asal Buleleng yang akrab disapa Demer ini mencontohkan soal buah lokal yang belum maksimal masuk ke hotel atau restoran yang begitu banyak di Bali. Ini perlu ada tindak lanjutnya, baik dari sisi petani selaku produsen juga pihak hotel/restoran selaku pendukung pemasarannya. “Jadi perlu ada data yang akurat sejauhmana ini ditindaklanjuti,” tambahnya.

Demikian pula di sisi industri kerajinan lokal, perlu ada komitmen dunia usaha seperti hotel dan restoran untuk membantu promosi dan pemasaran hasil kerajinan usaha kecil. Misalnya dengan memberi tempat yang strategis dengan luasan tertentu untuk memajang barang kerajinan agar lebih dikenal.

Upaya itu penting dilakukan untuk mempertahankan kearifan lokal termasuk sisi SDM yang bergerak di usaha kecil. Sebab saat ini produk usaha kecil makin terpinggirkan dengan masuknya usaha berskala besar. Bahkan tak tertutup kemungkinan usaha besar itu dimiliki asing dengan “menggandeng” orang lokal (nomini) dan sedikit gunakan produk lokal.

Menurut Demer, jutaan wisatawan ke Bali mestinya membuat usaha kecil (UKM), produk lokal semakin bertumbuh. Kalau produk lokal bisa berkembang maka ini akan berdampak luas, bukan saja pendapatan bagi produsen di desa-desa, membuka lapangan kerja juga pemasukan bagi daerah. Dan yang tak kalah penting ini bisa mengurangi pengeluaran negara dari sisi impor.

“Sekarang ini kan banyak produk yang terbilang sederhana harus impor seperti bawang, beras, dll. Padahal Indonesia ni terkenal sebagai negara agraris yang semestinya bisa swasbada, bahkan ekspor,” tegas Plt. Ketua DPD Golkar Bali yang pada pileg 2019 ini lolos untuk keempat kalinya ke Senayan.

Baca Juga :   ​PT Tunas Jaya Sanur Group Gandeng Glodon Technical Indonesia Terapkan Teknologi BIM, Hadapi Revolusi Industri 4.0

Secara sederhana, Bali sebenarnya bisa belajar dari Kabupaten Kulonprogo Jawa Tengah yang mampu memberdayakan produk petani, kerajinan hingga sumber daya alam lainnya. Daerah ini di bawah kepemimpinan bupatinya yang seorang dokter spesialis itu mampu mengangkat ekonomi masyarakatnya, mulai dari seragam sekolah yang memakai batik lokal, beras petani yang dibeli PNS hingga air kemasan. (bas)

Berikan Komentar