Politik

Penyebaran Covid-19 Makin Mencemaskan, Bali Perlu Pikirkan Penerapan PSBB

(Dutabalinews.com),Terus meningkatnya penyebaran wabah Corona di Bali perlu segera diantisipasi secara serius. Bahkan Bali sudah perlu memikirkan kemungkinan menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sebagaimana yang diterapkan beberapa daerah lain di Tanah Air.

“Saya kira Bali sudah perlu mengambil ancang-ancang PSBB itu kalau melihat kondisi wabah yang makin membahayakan ini, meski kebijakan tersebut menjadi keputusan pusat,” ujar
Ketua MDA (Majelis Desa Adat) Bali Ida Panglingsir Putra Sukahet saat acara penyerahan bantuan masker, Senin (13/4/2020) di Sekretariat MDA Bali.

Sebagai wujud peduli atas merebaknya bawah Covid-19, jajaran NCPI Bali bersama WHP, INI dan INTI Bali menyerahkan bantuan masker kepada tiga desa adat. Bantuan secara sombolis diserahkan Ketua NCPI (Nawa Cita Pariwisata Indonesia) Bali Agus Maha Usadha kepada Ketua MDA (Majelis Desa Adat) Provinsi Bali Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet. Bantuan masing-masing 300 masker selanjutnya diserahkan untuk tiga desa adat yakni Pemogan, Panjer dan Padang Sambian Kaja

Ida Panglingsir
mengingatkan penyebaran wabah virus Corona sudah semakin meluas dan membahayakan. Karena itu harus ditangani secara lebih serius agar jangan sampai memakan korban lebih banyak.

“Khususnya penanganan tenaga PMI (Pekerja Migran Indonesia) yang kini mulai pulang ke Bali. Sebab tak tertutup kemungkinan mereka sudah terkena tapi belum terlihat gejalanya (OTG/Orang Tanpa Gejala),” ujar Ida Panglingsir .

Dikatakan Ida Panglingsir, saat ini sudah masuk sekitar 7 ribuan PMI. Dan segera menyusul sekitar 22 ribuan pulang ke Bali. Jumlah ini sangat besar dan perlu ditangani secara tepat.
“Harusnya mereka ini dianggap sakit sehingga mesti dikarantina. Masalahnya mereka justru disuruh karantina mandiri. Padahal sebagian dari mereka bisa saja OTG yang setelah beberapa hari baru terlihat. Kalau mereka tak disiplin di rumahnya (karantina mandiri) tentu ini bisa membawa resiko,” jelasnya.

Dijelaskan bagi OTG yang imunitasnya tinggi akan tetap terlihat sehat. Tapi ketika bersentuhan dengan anggota keluarga yang kebetulan lemah akan bisa menimbulkan masalah baru. “Jadi karantina ini harus bisa diawasi ketat agar jangan sampai terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Kalau Covid-19 ini tak ditangani dengan baik, Bali bisa lebih gawat dari Jakarta. Apalagi akan datang 22 ribu lebih yang sebagian dari zona merah,” ujarnya.

Baca Juga :   Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Gus Adhi Tanam Pohon di Kawasan Mangrove

Hal senada disampaikan Penasihat NCPI Bali Ketut Ngastawa yang melihat karantina mandiri ini cukup beresiko. “Siapa yang menjamin PMI ini bisa disiplin tinggal dalam kamar sendiri,” jelasnya. Karena itu Ngastawa mengingatkan agar proses karantina bisa diperketat saat PMI ini pulang, termasuk warga lainnya yang masuk Bali.

Menurutnya wabah Corona ini sudah sangat membahayakan dan harus ditanggulangi bersama dengan penuh disiplin dan mengikuti anjuran pemerintah. Ngastawa juga berharap pemerintah bisa menyiapkan skenario antisipasinya untuk mencegah penyebarannya. “Jangan sampai ketika ada pejabat yang jadi korban baru care. Sebaiknya dari sekarang sudah ada langkah tegas mengantisipasinya. Termasuk persiapan PSBB bila suatu saat diperlukan,” tambah Ngastawa.

Penyarikan Agung Ketut Sumarta yang juga staf ahli Gubernur mengatakan ada dua langkah penting yang perlu dilakukan. Pertama, pencegahan secara sekala dan niskala di antaranya pembentukan satgas dan penyemprotan disinfektan. Ini sudah dilakukan. Secara niskala pada 22 April mendatang akan ada upacara Peneduh Jagad di Besakih. “Yang kedua dampak dari Covid-19 ini yakni sosial dan ekonominya yang diprediksi akan cukup lama. Ini yang sedang dikaji,” ujarnya.

Sementara itu Ketua NCPI Bali Agus Maha Usadha mengatakan kepulangan PMI bukan hanya soal kemungkinan virus yang dibawa, tapi juga eknomi mereka. Sebab tak semua yang terpaksa kembali ini membawa bekal cukup. “Banyak di antara mereka tak dibayar dan tak sedikit pula masih menanggung utang karena biaya awal saat mau bekerja cukup tinggi,” ujar Agus. Terkait peran pengusaha pariwisata terkait kasus corona ini, Agus juga mengingatkan tak semua pengusaha pariwisata memiliki simpanan dana saat ini. Bagi pengusaha yang baru merintis, kondisi sekarang ini sangat berat. (bas)

Berikan Komentar