Ujian Terbuka ISI Denpasar: Ulin Ni’am Yusron Lulus dengan Pujian
Tibalah sampai pada tahap penciptaan karya sebagai tugas mahasiswa Pascasarjana ISI Denpasar. Saya sangat antusias dengan tahap demi tahap ini karena cita-cita saya tidaklah muluk-muluk: hanya ingin memberi tapak jejak bagi masyarakat Bali untuk mengenang leluhur.
(Dutabalinews.com), Program Studi Seni Program Doktor Tahun Akademik 2023/2024 ISI Denpasar menggelar Ujian Terbuka promovendus Ulin Ni’am Yusron pada Selasa (16/7) bertempat di ISI Denpasar.
Pada ujian terbuka tersebut Yusron yang membawakan disertasi dengan judul “Cipta Relief Raga Jiwani Manusia Gilimanuk” berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan Tim Penguji yang terdiri dari Prof. Dr. I Wayan Adnyana, S.Sn., M.Sn., Dr. Drs. I Wayan Karja, MFA., Dr. I Wayan Sujana, S.Sn., M.Sn., Dr. A.A Gede Rai Remawa, M.Sn., Dr. I Nyoman Suardina, S.Sn.,M.Sn., Dr. I Kt. Suteja, SST., M.Sn., Dr. Ni Made Arshiniwati, SST., M.Si., Prof. Dr. I Ketut Suda, M.Si. dan Dr. I Wayan Setem, S.Sn., M.Sn. dinyatakan lulus dengan pujian dengan indek kumulatif 3,95.
“Cipta Relief Raga Jiwani Manusia Gilimanuk” merupakan karya yang menggambarkan kehidupan Manusia Gilimanuk yang hidup pada awal Masehi dalam bentuk seni relief pahat batu lava.
Dengan membuat seni yang bisa bertahan lama, diharapkan dapat melintasi berbagai zaman, maka masyarakat Bali akan terus terpaut dan terkait dengan Manusia Gilimanuk yang menjadi salah satu leluhur orang Bali.
Temuan Manusia Gilimanuk oleh R.P. Soejono berupa fosil kerangka manusia dalam berbagai ukuran, usia, dan jenis kelamin, juga ditemukan bekal kubur berupa manik-manik, gerabah.
Temuan-temuan tersebut juga menjelaskan sistem penguburan manusia masa perundagian, masa akhir Pra Sejarah. Semua temuan tersebut akan dibuat karya seni relief yang dapat membawa imajinasi pengunjung pada kehidupan Manusia Gilimanuk. Pengerjaan relief tersebut akan dimulai dari penuyusunan narasi, pembuatan sketsa dan pembuatan relief.
Karya ini nantinya juga akan dihibahkan ke Museum Manusia Gilimanuk sebagai bahan ajar, penerangan dan informasi kepada khalayak pengunjung museum. Museum Manusia Gilimanuk sangat membutuhkan tambahan media sebagai materi pendidikan dan informasi yang memperkaya khazanah museum.
Yusron berharap karya seni dan disertasi ini bermanfaat bagi masyarakat Bali yang tak henti mencari dan memuliakan leluhur (kawitan) sebagai sebuah pengabdian. Memuliakan leluhur, memuliakan guru, bathara dan utusan Tuhan sejatinya adalah memuliakan ke-Esaan dan kekuasaan Hyang Widhi. “Saya sangat serius menjadi teman yang asik dan bermanfaat bagi Bali. Inilah dharma saya bagi Bali yang kedatangan saya ke Bali selalu saya sebut sebagai ‘pulang’,” ungkap suami Amalia Dian Irtantie ini.
Cipta Relief Raga Jiwani Manusia Gilimanuk adalah penciptaan karya seni yang menggambarkan kehidupan Manusia Gilimanuk yang memiliki ciri-ciri khas percampuran migran ras Mongoloid dan penduduk asli ras Australomelanesid. Manusia Gilimanuk merupakan kelompok manusia prasejarah yang hidup di awal Masehi. Ditemukan oleh R.P Soejono pada tahun 1962 di Bali Barat, situs ini menyuguhkan artefak seperti fosil, gerabah, dan manik-manik, yang dipamerkan di Museum Manusia Gilimanuk. Metode Metarsa (Metode Terpadu Arkeologi dan Seni) diterapkan untuk mengintegrasikan disiplin arkeologi dan seni, melalui tahapan empati, definisi, ideasi, prototipe, dan pengujian.
Pendekatan ini mengkombinasikan wawasan dari sejarah, arkeologi, seni, dan desain, untuk menciptakan relief yang tidak hanya menambah kekayaan informasi museum tetapi juga mengkomunikasikan pentingnya leluhur dan warisan budaya kepada masyarakat Bali. Relief ini, dibuat dari batu lava, tidak hanya menawarkan estetika yang menarik tetapi juga berfungsi sebagai medium edukatif yang efektif, menjembatani masa lalu dan masa kini serta memperluas pemahaman tentang bagaimana integrasi lintas disiplin dapat memperkaya narasi budaya. (ist)