FISIP UI dan UNUD Gaungkan Kampanye “Zero Food Waste” di Sekolah, Tanamkan Kesadaran Keberlanjutan Sejak Dini
(Dutabalinews.com), Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia dengan Program Studi Hubungan Internasional FISIP Universitas Udayana mengelar kegiatan edukasi dan kampanye “Zero Food Waste: Langkah Kecil, Dampak Global” yang merupakan bagian dari kegiatan pengabdian Masyarakat sebagai salah satu implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Kegiatan ini sebagai bentuk dukungan terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) 12: Responsible Consumption and Production. Acara berlangsung di lingkungan sekolah pada Jumat (7/11) dan diikuti kurang lebih 100 siswa-siswi.
Kampanye ini bertujuan menumbuhkan kesadaran pelajar mengenai tingginya tingkat sampah makanan (food waste) di Indonesia, serta dampaknya terhadap ekonomi, ketahanan pangan, dan perubahan iklim. Para siswa mengikuti rangkaian kegiatan edukatif mulai dari sosialisasi, pemasangan poster kampanye SDGs 12 di perpustakaan sekolah, menjawab kuis interaktif, dan bernyanyi bersama lagu “SDGs Song” yang diciptakan oleh Dr. Gracia Paramita, Dosen Hubungan Internasional FISIP UI.
Kegiatan dimulai dengan sambutan hangat dari Kepala SMA Negeri 7 Denpasar Cokorda Gede Anom, M.Pd., yang menyampaikan apresiasi atas kolaborasi antara perguruan tinggi dan dunia pendidikan menengah. “Kami sangat mengapresiasi inisiatif dari Departemen Hubungan Internasional FISIP UI dan Universitas Udayana yang telah menghadirkan kampanye edukatif seperti ini ke lingkungan sekolah. Kolaborasi semacam ini membuka wawasan siswa kami dan menanamkan nilai-nilai keberlanjutan sejak dini,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya membangun kesadaran lingkungan dan tanggung jawab sosial di kalangan generasi muda, serta berharap kegiatan seperti ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain di Bali dan Indonesia.

Dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI), Asra Virgianita, Ph.D.,yang hadir sebagai perwakilan Departemen HI sekaligus pemateri, menekankan di tengah krisis pangan global dan ancaman perubahan iklim, isu food waste menjadi semakin relevan.
Food waste merujuk pada makanan yang seharusnya masih layak konsumsi namun terbuang sia-sia, baik di rumah tangga, restoran, pasar, maupun industri. Dampaknya tidak hanya merugikan secara ekonomi dan lingkungan, tetapi juga menyingkap ketimpangan sosial: jutaan orang kelaparan, sementara jutaan ton makanan dibuang setiap tahun.
Indonesia saat ini menjadi penyumbang sampah makanan terbesar di Asia Tenggara, dengan lebih dari 20 juta ton makanan terbuang setiap tahun. Ironisnya, angka ini muncul di tengah tingginya prevalensi stunting dan gizi buruk di berbagai wilayah Indonesia.
Disinilah peran siswa menjadi krusial. Sebagai generasi yang tumbuh dengan kesadaran digital dan sosial, siswa memiliki kekuatan untuk mengubah pola pikir dan perilaku di lingkungan sekitarnya. Mereka bukan hanya konsumen, tetapi juga agen perubahan.
Asra menekankan kampanye Zero Food Waste harus dimulai dari ruang-ruang pendidikan. “Bayangkan jika setiap siswa mulai membawa bekal secukupnya, menghabiskan makanannya, dan mengajak teman-temannya untuk melakukan hal yang sama. Efeknya bisa berlipat ganda,” ujarnya.
Perwakilan Universitas Udayana, Ni Nyoman Clara Listia Dewi, M.A., menambahkan kegiatan seperti ini menjadi model kolaborasi kampus dengan sekolah dalam mendorong literasi keberlanjutan di Bali. Sinergi seperti ini penting untuk membangun kesadaran generasi muda terhadap isu-isu global yang berdampak lokal, seperti food waste.
Clara juga menyampaikan bahwa situasi food waste di Bali memiliki karakteristik yang unik. Sebagai daerah pariwisata dan pusat budaya, Bali menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah makanan. Salah satu sumber signifikan adalah sisa makanan dari upacara keagamaan, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali.
Upacara seperti odalan, Galungan, dan ngaben sering kali menghasilkan limbah makanan dalam jumlah besar, terutama dari sesajen dan hidangan yang tidak dikonsumsi.
“Kegiatan kampanye seperti ini tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membangun jejaring aksi. Ketika siswa SMA mulai memahami dan menyuarakan isu keberlanjutan, mereka bukan hanya belajar, tapi juga menjadi bagian dari solusi,” tutupnya.
Antusiasme siswa SMA Negeri 7 Denpasar begitu terasa sepanjang kegiatan Kampanye SDGs 12: Zero Food Waste. Mereka aktif menjawab dan merespons pertanyaan dengan penuh semangat, menunjukkan pemahaman yang mendalam dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap isu food waste dan peran yang mereka harus lakukan.
Tak hanya aktif di lokasi, para siswa juga menggaungkan pesan Zero Food Waste melalui unggahan di media sosial, menjadikan kampanye ini lebih berdampak dan menjangkau generasi muda lainnya.(ist)
