Rai Mantra Sosialisasikan Empat Pilar MPR RI di SMA Negeri 8 Denpasar untuk Wujudkan Sekolah Aman

(Dutabalinews.com), Bali belakangan ini kerap dihadapkan pada konflik horizontal antara masyarakat lokal dan pendatang yang menyebabkan terdistorsinya nilai-nilai kebudayaan. Sejak dulu, hanya Bali yang bisa menggunakan daerah teritorialnya yang bernama desa adat sebagai benteng pertahanan.

“Saat ini Desa Adat menghadapi tantangan serius berkaitan dengan Krama Tamiyu (Masyarakat Pendatang),” ujar  Anggota MPR – DPD RI I.B. Rai Dharmawijaya Mantra, S.E., M.Si. dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Wantilan Pura Puseh lan Desa, Desa Adat Denpasar pada Kamis (11/12/2025).

Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang diikuti oleh Bandesa Adat, Prajuru Adat, dan Krama Desa Adat Denpasar membahas tantangan dalam menjaga stabilitas daerah.

Mereka belum memiliki suatu pemahaman yang baik tentang tata nilai dan etika dalam bermasyarakat berdasar kearifan lokal Bali. “Keberadaan ini dikhawatirkan akan menganggu stabilitas daerah serta menyebabkan pergeseran nilai budaya,” ujar Rai Mantra.

Oleh karena itu, menurutnya situasi tersebut perlu disikapi secara bijak melalui penguatan nilai-nilai Empat Pilar MPR RI. Pancasila sebagai nilai luhur bangsa menekankan pentingnya sikap saling menghormati perbedaan dan toleransi; UUD 1945 dan prinsip NKRI sebagai payung konstitusional terhadap perlindungan keberagaman; serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai pedoman dalam merawat keberagaman.

“Kata kuncinya adalah menghormati. Dimana bumi dipijak disana langit dijunjung –kita harus bisa menyesuaikan diri dengan adat, norma, dan budaya setempat dimana kita berada,” jelas mantan Walikota Denpasar ini.

Sementara itu Bandesa Adat Denpasar, A.A. Ngurah Alit Wirakesuma juga menyampaikan kekhawatirannya tentang kondisi masyarakat Bali yang semakin terdesak.

“Peluang kerja masyarakat Bali semakin menipis, ditambah persaingan ekonomi semakin ketat sebagai konsekuensi dari laju pertumbuhan yang tinggi. Maraknya ritel modern turut menjadi sorotan dari Bandesa Adat Denpasar,” ungkapnya.

Menurutnya keberadaan ritel modern sangat mempengaruhi keberlangsungan usaha masyarakat lokal yang selama ini bergantung pada perdagangan tradisional dan ekonomi kerakyatan.

Untuk itu diperlukan adanya ketegasan dari Pemerintah dalam upaya pelindungan terhadap usaha dan ekonomi lokal.

Sebagai penutup, Rai Mantra mengutip pesan Ngarsa Dalem, Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam satu cuplikan singkat. “Dia misalnya orang Batak, orang Kalimantan, orang Sulawesi, tapi tinggal di Jogja, jangan jadi orang Jawa. Jadilah orang Batak yang baik, orang Sulawesi yang baik tanpa membedakan, sehingga masyarakat juga merasakan dapat membangun komunikasi.”

Baca Juga :  Astra Motor Bali Kenalkan All New Honda PCX160 Untuk Pecinta Skutik Premium

Pernyataan tersebut memiliki makna mendalam tentang toleransi dan rasa hormat, sekaligus menjadi cerminan pentingnya penghargaan terhadap kearifan lokal yang ada di daerah dalam upaya mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang harmonis. (ist)