Sidang Jerinx, Ketua IDI Bali Sebut Tak Tahu Isi Postingan Di Medsos Terkait Ujaran Kebencian
(Dutabalinews.com),Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bali, dr.Gede Putra Suteja selaku pelapor terkait dugaan ujaran kebencian di media sosial (Medsos) yang dilakukan oleh terdakwa Gede Ari Astina alias Jerinx, mengaku tidak mengetahui dan membaca isi postingan sebelumnya yang dituliskan oleh penggebuk drum Superman Is Dead itu.
“Saya hanya membaca soal postingan yang isinya menyebut IDI kacung WHO,” kata Suteja saat sidang yang digelar secara langsung namun tertutup untuk awak media di Pengadilan Negeri Denpasar, Selasa (13/10/20).
Sidang yang dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim Ida Ayu Adnyadewi,SH,MH itu, justru menyulut pertanyaan Wayan ‘Gendo’ Suardana.,dkk.
Terlebih bagi Jerinx SID yang menyatakan bahwa dirinya sebelumnya telah membuat postingan tentang kenapa ibu yang harus melahirkan terlebih dahulu dipaksa untuk melakukan rapid tes.
“Bahkan saya siap untuk melakukan tatap muka dalam diskusi, tapi tak pernah ditanggapi,” ungkanya. Sebagai orang seni, kata Jerinx bahwa ungkapannya tidak ada maksud merendahkan atau melemahkan para dokter.
“Jadi tolong bapak bisa liat mata saya, tolong tatap saya. Apakah saya ini orang jahat dan pantas dipenjarakan. Saya bicara itu karena saya juga punya istri dan akan melahirkan anak,” imbuhnya.
“Saya tau sangat tau anda orang baik dan sangat baik. Tapi saya menyayangkan kenapa harus tulis seperti itu. Tulisan itu melemahakan kinerja tim dokter dalam mengangani pasien Covid-19,” ungkap Suteja.
Saksi dr. Suteja juga meyakinkan jika IDI memang tidak ada di bawah naungan WHO. Namun saat itu cabang-cabang dari berbagai wilayah dan pusat mendesaknya untuk melaporkan atas tulisan yang dibuat pada akun jerinx.
Dibeberkannya, cabang wilayah Bali IDI ada sembilan. “Saat itu dilakukan diskusi untuk menanyakan maksud dan tujuan dari postingan tersebut. Bukan menilai sebuah kejahatan dan niat untuk melaporkan. Sungguh tidak asa niat kami memenjarakan anda,” akunya.
Postingan itu beranggapan bahwa akan ada penilaian masyarakat menjadi mosi tak percaya yang menilai dokter menguluk (berbohong). “Lho jadi, itu hanya asumsi dari dokter. Padahal masyarakat hanya bertanya soal postingan tersebut. Bukan menegaskan jadi tidak percaya,” tanya Gendo. (bro)