Wariga, Identitas Budaya Bali yang Terus Hidup di Era Modern

(Dutabalinews.com), UNESCO mengakui Indonesia sebagai negara yang menjadi oase kebudayaan. Dengan 17.000 pulau, 2.400 kelompok etnis, dan 720 bahasa daerah, Indonesia memiliki keragaman flora dan fauna yang luar biasa.

Potensi besar dalam bidang kebudayaan ini menjadi tanggung jawab bersama untuk membawa kemajuan dan menjaga martabat Indonesia di mata dunia. Internasionalisasi budaya dan keindonesiaan menjadi penting untuk memperkuat diplomasi budaya Indonesia.

Tulisan ini merupakan rangkuman dari interaksi diskusi maraton di Eco Tebet Park pada 10 Agustus 2025 dan seminar pada 9 Mei 2025 di Universitas Indonesia yang didukung oleh Kementerian Kebudayaan, Yayasan Sanjeev Lentera Indonesia, dan BEM FIB UI.

Diskusi tersebut mengusung tema “Melestarikan dan Menginternasionalisasikan Warisan Budaya Nusantara untuk Perdamaian Dunia” sebagai upaya membangun wacana sekaligus mengaktualisasikan potensi dan kekayaan budaya Indonesia. Salah satu pembicara utama adalah Dewi Uma, aktivis kebudayaan sekaligus ahli Wariga dari Bali, yang memaparkan kearifan lokal dalam sistem penghitungan kalender kehidupan bernama Wariga.

Dewi Uma menjelaskan bahwa Wariga adalah penghitungan kalender yang menjadi tuntunan hak manusia terhadap alam. Wariga merupakan warisan leluhur Nusantara yang menggambarkan hubungan manusia sebagai mikrokosmos dengan alam semesta sebagai makrokosmos.

“Hidup manusia sejatinya memiliki cetak biru seperti pergerakan alam semesta. Bagi yang memiliki peta jalannya, akan lebih mudah untuk mencapai tujuan dan hidup sebaik-baiknya. Perhitungan kosmik Warigamengajak manusia berinteraksi dengan alam melalui pengenalan diri berdasarkan kalender tanggal, hari, bulan, dan jam kelahiran,” ujar Dewi Uma.

Ia menegaskan nilai universal Wariga, Wariga ini universal, karena kita semua berada di bawah interaksi galaksi, matahari, dan planet-planet dalam alam semesta. Pesan penting Wariga adalah agar manusia dapat hidup selaras dan beradaptasi dengan perubahan alam.”

Wariga adalah sistem astrologi tradisional yang berasal dari peradaban kuno Bali. Sejarahnya tidak terpisahkan dari kebudayaan dan agama Hindu di Nusantara dan Bali. Menurut Dewi Uma, ajaran ini dibawa ke Bali oleh pendeta dan brahmana dari India pada abad ke-1 Masehi, kemudian dikembangkan dengan pengetahuan astronomi dan astrologi Hindu yang diadaptasi sesuai budaya serta lingkungan lokal.

Baca Juga :  Pemerintah Kota Denpasar Tinjau Musibah Longsor di Desa Ubung Kaja

Awalnya, Wariga digunakan untuk menentukan waktu yang tepat dalam ritual dan upacara keagamaan, seperti persembahyangan, pernikahan, pengobatan, dan upacara adat lainnya. Seiring waktu, penggunaannya meluas ke kegiatan sehari-hari, seperti menanam, memanen, hingga aktivitas sosial.

Sistem ini juga berkaitan erat dengan penanggalan tahun Saka yang digunakan di Bali dan berfokus pada keseimbangan manusia dengan alam. Hingga kini, Wariga tetap menjadi bagian penting identitas budaya Bali.

Aplikasi Wariga dalam Kehidupan

Metode Wariga dapat diterapkan di berbagai bidang, antara lain:

1. Menentukan Waktu yang Tepat

  • Memulai proyek baru

  • Melakukan ritual atau upacara

  • Menjalani pengobatan atau terapi

2. Mengoptimalkan Kegiatan Sehari-hari

  • Memilih waktu terbaik untuk aktivitas fisik atau mental

  • Menentukan waktu yang tepat untuk kegiatan spiritual

3. Mengembangkan Kesadaran Diri

  • Memahami karakter dan sifat diri

  • Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan pribadi

4. Mengembangkan Hubungan Interpersonal

  • Memahami karakter orang lain

  • Menemukan kesamaan dan perbedaan

5. Mengoptimalkan Keputusan

  • Menentukan waktu ideal untuk keputusan penting

  • Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi keputusan

Meskipun demikian, Wariga tidak boleh dijadikan patokan absolut, melainkan pelengkap pendekatan ilmiah.

Hubungan Wariga dengan Astrologi

  • Menggunakan posisi bintang dan planet untuk penentuan waktu

  • Dipengaruhi astrologi Hindu dari India

  • Menekankan keseimbangan manusia dan alam

  • Menggunakan kalender Saka

  • Menganalisis posisi planet dan bintang

Penerapan Wariga di Bidang Ekonomi

  • Memilih waktu tepat memulai bisnis

  • Mengoptimalkan investasi

  • Mengidentifikasi peluang dan risiko

  • Mengatur strategi pemasaran

  • Menganalisis pasar

Penerapan Wariga di Pertanian

  • Menentukan waktu tanam dan panen

  • Mengoptimalkan perawatan tanaman

  • Mengantisipasi serangan hama

  • Menyusun strategi pertanian berkelanjutan

Manfaat Wariga untuk Kesehatan

  • Meningkatkan kesadaran keseimbangan alam

  • Mengoptimalkan waktu pengobatan atau aktivitas tertentu

  • Mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental

  • Memperkuat spiritualitas dan ritual

  • Mendorong pendekatan holistik kesehatan

Kesimpulannya, Wariga adalah pengetahuan tradisional yang penting sebagai panduan pembanding dalam menentukan arah kehidupan sehari-hari, namun tetap perlu diseimbangkan dengan pendekatan ilmiah modern.

*Putu Suasta, alumni UGM dan Universitas Cornell, Pengurus Yayasan Bumi Insani