Begini Ide Kreatif Made Satria untuk Lebih Gaungkan Nusa Penida Festival Angkat Pariwisata Klungkung

(Dutabalinews.com)-Tokoh masyarakat Nusa Penida I Made Satria S.H., yang juga caleg DPRD Klungkung dapil Nusa Penida nomor urut 1 dari PDI Perjuangan berharap Nusa Penida Festival bisa kembali digelar di tahun 2019 ini setelah sempat ditiadakan pada akhir tahun 2018 lalu.

“Kami harapkan Nusa Penida Festival tahun ini kembali digelar lebih bagus, dan meriah dari tahun-tahun sebelumnya dan agar bisa lebih banyak mendatangkan wisatawan ke Nusa Penida,” kata Made Satria ditemui di sela-sela simakrama dengan warga Nusa Penida, Selasa (5/3/2019).

Kakak ipar dari Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati caleg DPRD Provinsi Bali dari PDI Perjuangan dapil Klungkung nomor urut 3 itu memandang keberadaan Nusa Penida Festival penting untuk mendukung, mengangkat dan mempromosikan pariwisata Klungkung khususnya Nusa Penida.

Namun pelaksanaannya jangan hanya menekankan atau terjebak pada sekadar menjalankan program rutin saja sehingga tidak memberikan kontribusi yang luas dan berkesinambungan bagi Nusa Penida.

Maka kemasan acara dalam Nusa Penida Festival ini harus difokuskan untuk mampu mengangkat segala potensi yang ada di daerah ini untuk ditampilkan pada festival ini serta harus lebih kreatif dan menarik bagi pengunjung dan wisatawan.

“Jangan festival ini sekadar euforia yang seolah-olah tidak ada gunanya, atau malah hanya buang-buang anggaran,” tegas ujar Made Satria yang bersama adiknya Ketut Leo sudah lama membantu pembangunan pura di sejumlah wilayah di Nusa Penida.

Pria yang juga Ketua DPW (Dewan Pimpinan Wilayah) Relawan RJ2P (Relawan Jokowi Dua Periode ) Provinsi Bali itu mencontohkan Nusa Penida punya potensi kuliner atau kerajinan khas, hal inilah yang harus diangkat dan diperkenalkan kepada dunia internasional lewat keberadaan Nusa Penida Festival ini.

Misalnya kuliner ledok (bubur berbahan dasar jagung dan ubi ketela pohon) khas Nusa Penida ataupun olahan lainnya berbahan dasar hasil pertanian Nusa Penida seperti olahan rumput laut.

Selain itu, kata pria yang juga Ketua BBHA (Badan Bantuan Hukum & Advokasi ) DPC PDI Perjuangan Kabupaten Klungkung itu, potensi daya tarik destinasi wisata di Nusa Penida juga harus lebih maksimal diangkat dan diperkenalkan di festival ini dengan cara-cara yang lebih kreatif dan juga melibatkan wisatawan atau pengunjung.

Baca Juga :   100 Hari Kerja Kapolri, 1.864 Kasus Diselesaikan Dengan "Restorative Justice" 

Untuk itu Made Satria menggagas agar dalam pelaksanaan Nusa Penida Festival 2019 ini bisa juga dikemas semacam event travel sketch. Jadi wisatawan yang traveling atau berwisata maupun pengunjung festival diajak sambil melukis sketsa destinasi wisata yang dikunjungi di Nusa Penida.

“Jadi nantinya bisa dibuatkan semacam galeri pameran untuk travel sketch ini. Hal ini juga untuk memberikan pengalaman berbeda bagi wisatawan dan pengunjung Nusa Penida Festival,” imbuh Made Satria yang bersama adiknya Ketut Leo bersama istri Ketut Leo yakni Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati juga sudah banyak membantu sumur bos di sejumlah titik di Nusa Penida sehingga warga bisa mendapatkan air bersih.

Nusa Penida Festival (NPF) sebelumnya rutin digelar dianggarkan dari Pajak Hotel dan Restaurant (PHR) Badung dan sudah memasuki tahun keempat pada 2017 lalu. Tahun 2018 seharusnya NPF digelar untuk kali kelima namun ditiadakan karena dana Nusa Penida Festival yang diusulkan dari PHR Badung dialihkan oleh Bupati Badung untuk keperluan lain, yakni pemberian hibah kepada masyarakat Badung.

Gelaran Nusa Penida Festival pada Desember tahun 2017 lalu tergolong cukup sukses dan meriah. Tari Rejang Dewa massal dengan 1.500 orang penari dipentaskan saat pembukaan Nusa Penida Festival IV di Pantai Mahagiri, Desa Jungutbatu, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, pada 6 Desember 2017 lalu.

Tarian massal spektakuler ini menuai pujian banyak kalangan dan mampu menyedot perhatian masyarakat, termasuk wisatawan. Dengan formasi membentuk huruf Nusa Penida Festival 2017, pentas Tari Rejang Dewa merupakan tari wali saat prosesi upacara keagamaan, mengingat pada saat NPF ini digelar prosesi Malarung Pakelem ke laut. (wbp)

Berikan Komentar