Global

Berdoa Hindarkan Indonesia dari Pandemi Covid-19, ITB STIKOM Bali Gandeng PHDI dan MGPSSR Gelar Shanti Puja Samgraha Libatkan Pendeta Hindu se-Nusantara

(Dutabalinews.com),Bahaya pandemi Covid-19 atau baya agung pandemi Covid-19 sudah berlangsung 6 bulan. Segala upaya telah dilakukan oleh semua pihak untuk meminimalisir agar masyarakat terhindar dari dampak Covid-19 ini. Namun baya agung Covid-19 ini masih tetap mencengkram masyarakat Nusantara dan seluruh dunia.

Menyikapi bahaya Pandemi Covid-19 ini, maka ITB STIKOM Bali bekerja sama dengan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat dan PHDI Bali serta Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) menggelar Shanti Puja Samgraha dengan melibatkan 1.188 pendeta, panindita dan pemangku se – Nusantara pada Kamis, (2/7/2020).

“Kita sebagai anak bangsa yang berketuhanan berdasarkan nilai-nilai Hindu yang bersumber dari Veda yang sejalan dengan nafas Pancasila tidak boleh menyerah dengan ujian pandemic Covid-19. Kita harus terus berupaya hingga rasa aman, tentram, dan kedamaian terwujud,” ujar Prof. Dr. I Made Bandem, MA, Pembina Yayasasan Widya Dharma Shanti – induk ITB STIKOM Bali usai mengikuti acara ini secara live melalui aplikasi meeting zoom di kampus ITB STIKOM Bali, Renon, Denpasar, Kamis (2/7/2020).

Hadir pada acara tersebut
Prof. Dr. I Wayan Wita selaku Ketua MGPSSR dan
Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan. Upacara dipimpin Ida Pandita Mpu Jaya Satwikanda dari Griya Taman Bali Bangli.

Prof. Bandem menekankan agar setiap orang baik secara sendiri-sendiri dan bersama-sama agar berupaya apapun yang dapat dilaksanakan untuk keluar dari rasa takut tersebut. “Mari kita persatukan umat untuk menetralisir Covid-19 ini,” pesannya.

Bhagavadgita II.40 menyatakan: “Dalam hal ini tak ada usaha sia-sia, dan juga tidak ada rintangan yang tidak teratasi. Walau sedikit dari dharma ini, akan melindungi seseorang dari ketakutan yang besar”. “Karenanya kami menggelar Shanti Puja Samgraha dengan melibatkan 1.188 pendeta, panindita dan pemangku seluruh Indonesia secara serentak pada pada hari ini, pukul 10:00,” kata Prof. Bandem.

Menurut Prof. Bandem, kegiatan ini juga dalam rangka partisipasi ITB STIKOM Bali menyambut upacara di Pura Besakih dan menyambut datangnya harapan baru “New Normal”, maka alangkah baiknya umat Hindu sebagai bagian dari bangsa ini menyatukan langkah melalui spirit suci melakukan kegiatan puja bersama untuk memohon keselamatan dan kedamaian masyarakat di bumi Nusantara khususnya dan masyarakat di seluruh dunia.

Baca Juga :   Rilis Webometrics, ITB STIKOM Bali Raih Peringkat 169 dari 4.504 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia

“Kegiatan ini kami beri nama “Puja Sanggraha Shantih” bersama 1.188 (1+1+8+8=18 > 1+8=9) Rohaniawan Hindu suatu jumlah yang mengandung nilai matematika mistis Hindu berhubungan dengan Devata Navasangga yang menguasai seluruh penjuru mata angin. Jumlah rohaniawan Hindu tersebut berasal dari seluruh Indonesia,” terang Prof. Bandem.

Prof. Made Bandem melanjutkan, acara Puja Sanggaha Shanti ini sangat penting, sebagaimana pandangan Prof. Radhakrishann dalam bukunya Upanisad-Upanisad Utama: Pertama, Brahman adalah mantra atau doa. Mantram mempunyai kekuatan gaib (sakti, energi) dan di dalamnya berisi inti Sang Pencipta dan segala ciptaan-Nya (Rgveda V.10.125; Atharvaveda IV.30 dalam Radhakrishnan, 2008:). Kedua, seluruh alam semesta ini tidaklah berbeda dengan brahman Yang Maha Tinggi. etat sarvam aparicchinna-satya-rùpa-brahmàtmakam (Radhakrishnan, 2008:494-495).

Ketiga, mantam ialah senjata para pinandita dan pandita untuk menaklukkan segala macam hal negatif (Manava Dharma Sastra XI.33).
Berdasarkan realitas, pandemi virus Covid-19 belum jelas sampaikan kapan berakhir dan ditemukan anti virusnya. Tetapi dalam Hindu, tersedia antram – mantram Veda sarana suprasuktur, maka alangkah baiknya kita menyatukan pikiran untuk mohon kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa atau Brahman dalam wujud-Nya sebagai Mantram berkenan menganugrahkan Energi (Shakti)-Nya kepada umat manusia, sehingga pandemi Covid-19 sebagai salah satu manifestasi terkecil dari Energi Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan meninggalkan bumi ini tempat hunian bagi manusia.

“Aspek natural dan supranatural penguncaran mantram itulah yang mendorong kami menyelenggarakan acara Puja Sanggraha Shanti, kami menghadirkan 1.188 pandita dan pinandita dalam webinar untuk mengucapkan mantra, dan mantra yang digunakan adalah Om Dyauh santir antariksam santih Prthivi santir apah santir. Osadhayah santih vanaspatayah santir Visve devah santir eva santih. Sa ma santir edhi. Yang artinya: Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, Anugerahkanlah kedamaian kepada seluruh mahkluk yang ada di langit, di angkasa, di bumi, di air, pada tumbuh-tumbuhan, pada semak – semak, dalam hutan, di alam para dewata, di alam brahma. Damai di seluruh alam semesta. Semoga kedamaians enantiasa datang kepada kami,” cetus mantan Rektor ISI Jogjakarta dan ISI Denpasar ini.

Baca Juga :   Kerja Sama dengan BNN, SMP Dwijendra Jadi Pilot Project Bersih Narkoba

Disebutkan, Puja Bersama ini bertujuan untuk menyucikan dan memurnikan bumi dari efek vibrasi negatif, baik dari hal yang bersifat sakala dan niskala melalui alunan suara genta dibunyikan oleh 88 pandita Shiwa dan pandita Budha serta diriingi oleh 1.100 suara genta yang dibunyikan oleh para pemangku atau pinandita di seluruh Nusantara.

Melalui vibrasi mantra dan suara genta para pandita dan pinandita diharapkan dapat mesuperposisi dan mereduksi vibrasi gelombang negatif Covid-19, sehingga energy negatif Covid-19 dapat dinetralkan.
“Aktivitas ini sesungguhnya sebagai kewajiban suci para pandita dan pinandita mewakili umat manusia yang bertugas mengembalikan sifat Bhutakala menjadi sifat Dewata. Inilah yang dimaksud dalam semua pustaka suci bahwa manusia adalah mahluk paling mulia. Hal ini juga menjadi bukti bahwa Covid-19 datang ke bumi untuk menagih janji kepada para pandita untuk mengembalikan para Bhutakala menjadi Dewa,” kata Prof. Made Bandem.

Bandem berharap, gerakan bersama ini dapat memupuk rasa kebersamaan umat Hindu di seluruh Nusantara. “Pandemi Covid-19 ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, akan tetapi merupakan tanggung jawab kita bersama. Untuk itu gerakan ini melibatkan semua komponen masyarakat Hindu di seluruh Indonesia,” jelasnya. (bas)

Berikan Komentar