Sosial & Seni

Perupa Bakti Wiyasa: Turah Panji Astika Figur Nyata Pelestari Budaya Tabanan

(Dutabalinews.com),Konsep berkesenian adalah sebagai media penyadaran terutama kepada akar kebudayaan kita sendiri. Hal tersebut penting karena kita di Bali atau di Nusantara ini sejatinya akar kebudayaan itulah yang memperkuat bangsa ini.

Di dalam berbangsa dan bernegara tentu ada sesuatu yang prinsip dari identitas kebudayaan. Demikian pandangan dari perupa kondang Bakti Wiyasa saat menggelar pameran di Puri Anyar Kerambitan, Tabanan Minggu (19/7).

“Nah identitas kebudayaan itulah yang saya cari pada situs dan ritus. Dimana ada situs, di sana ada ritus dan masyarakatnya. Masyarakat inilah yang yang menjalankan ritusnya. Di situ pula terjadi dan terbangun pola-pola ikonografi selanjutnya menjadi suatu simbolik-simbolik tertentu mencirikan peradaban yang agung apalagi di Bali,” kupas Bakti Wiyasa ketika mendampingi putranya Bagus Astra (9) yang jago melukis.

Kesenian yang dilakoni oleh perupa lulusan ISI Yogyakarta ini yakni kesenian yang memperkuat akar kebudayaan itu sendiri dalam hal ini fokusnya pada situs-situs di wilayah desa tua atau kuno. Disinilah sesuai pengamatannya rawan terjadi perubahan yang signifikan.

Begitu pula fenomena dari seni tradisi klasik hingga ke profanisasi perlu disikapi dengan bijak agar tidak menjadi awal rusaknya mozaik Bali itu. “Entah karena atas kesadaran atau tidak, entah karena ingin kebaruan atau tidak, wilayah heritage inilah menjadi wilayah yang rawan hilang. Nah mengapa saya bersuara lantang selama 4 tahun terakhir ini dan menyelamatkan situs, karena saya ingin menyelamatkan akar-akar peradaban yang kita warisi. Sebagai pewaris kita hanya punya 2 hak, yaitu tanggung jawab hak guna pakai dan hak guna rawat. Kita tak boleh memutus atau menghilangkannya sebab masih ada generasi mendatang yang akan melanjutkannya,” tutur Bakti Wiyasa sembari menyapa tokoh Tabanan AA Ngurah Panji Astika yang mengunjungi stand pamerannya.

Sembari berbincang santai, di mata AA Ngurah Panji Astika, sosok Bakti Wiyasa adalah seniman dari Desa Pemanis, Penebel yang kreatif dan inovatif dalam menuangkan ide dan inspirasinya. Ia menambahkan Bakti Wiyasa adalah salah satu seniman yang mampu memanfaatkan potensi yang ada di sekitar lingkungannya.

“Bahkan yang dari teba (tegalan, red) saja bisa jadi sebuah karya seni yang menarik perhatian wisatawan mancanegara. Ke depan seniman dan perupa harus mendapat porsi perhatian lebih untuk meningkatkan sumber pariwisata yang baru di Tabanan,” ucap Panji Astika yang juga Ketua Umum Forum Pelestari Budaya Tabanan ini.

Dalam kesempatan tersebut perupa Bakti Wiyasa yang kerapkali mengikuti berbagai pameran dan event budaya di dalam dan luar negeri ini menyebutkan AA Ngurah Panji Astika yang akrab disapa Turah Panji ini adalah sosok yang melaksanakan aksi langsung dan enten (tersadar, red) dengan keberadaan puri sebagai sebuah lembaga kemasyarakatan, rohani dan lembaga pakraman.

“Ini yang saya inginkan terjadi di Bali dan semua angga-angga (lembaga) puri. Turah Panji sudah melakukan itu di Puri Anom secara intens sebagai sebuah heritage dan pusat pembinaan dan pelestarian budaya. Dan langkah serta upaya yang sudah dilakukannya sangat tepat dan nyata karena memperingan perjuangan saya sebagai pengamat dan pelestari kebudayaan di Bali. Disitulah saya akhirnya bisa bersinergi dengan beliau dalam hal pelestarian seni dan budaya. Jika beliau maju sebagai calon Bupati Tabanan, ia berharap Turah Panji selalu bersinergi dengan Purohita (Orang Suci, red) dan panglingsir (Tetua, red) sami. Semoga konsep mehulu ke teben dan pertiwi tetap dipahami agar saat duduk di kekuasaan tidak lempas (mangkir, red) dari kawisesan dan kawigunan Tabanan itu sendiri,” pungkas perupa yang murah senyum ini. (bas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *