Sosial & Seni

Begini Kondisi Covid-19 Pada Anak di Indonesia Maret 2020-Desember 2020

(Dutabalinews.com), Sepanjang pandemi Covid yang berlangsung sejak Maret 2020 hingga saat ini, tidak hanya lansia dan orang dewasa yang menjadi korban, melainkan juga anak-anak. Berdasarkan studi retrospektif dari data berdasarkan laporan kasus Covid-19 pada anak yang dirawat oleh dokter anak yang tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) selama Maret-Desember 2020 (gelombang pertama covid di Indonesia), didapatkan 37.706 kasus anak terkonfirmasi Covid. Hasil penelitian IDAI tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Frontiers in pediatrics yang terbit 23 September 2021 lalu.

Dikatakan oleh Prof. DR. Dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI(Hon) selaku Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, “Penelitian ini adalah gambaran data terbesar pertama kasus Covid anak di Indonesia pada gelombang pertama Covid. Angka kematian yang cukup tinggi adalah hal yang harus dicegah dengan deteksi dini dan tatalaksana yang cepat dan tepat.”

Berdasarkan data tersebut, diantara anak-anak terkonfirmasi Covid yang ditangani oleh dokter anak, angka kematian tertinggi pada anak usia 10-18 tahun (26 persen), diikuti 1-5 tahun (23 persen), 29 hari- kurang dari 12bulan (23 persen), 0-28 hari (15 persen), dan 6- kurang dari 10 tahun (13 persen).

Dikatakan oleh Dr. Hikari Ambara Sjakti, Sp.A(K) – Sekretaris Umum Pengurus Pusat IDAI, berdasarkan laporan tersebut, diperoleh Case Fatality Rate (CFR) Covid pada anak di Indonesia: 522 kematian dari 35.506 kasus Suspek (CFR 1.4 persen), dan 177 kematian dari 37.706 kasus Terkonfirmasi (CFR 0.46 persen).

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa penyebab kematian anak akibat Covid terbanyak dikarenakan faktor gagal napas, sepsis / syok sepsis, serta penyakit bawaan (komorbid). Sementara komorbid terbanyak pada anak Covid yang meninggal adalah malnutrisi dan keganasan, disusul penyakit jantung bawaan, kelainan genetik, Tuberkulosis (TBC), penyakit ginjal kronik, celebral palsy, dan autoimun.

Sementara 62 anak meninggal tanpa komorbid. Dikatakan oleh Dr. Yogi Prawira, Sp.A(K) – Ketua Satuan Tugas COVID-19 IDAI, faktor penyebab gagal napas dan sepsis/ syok sepsis terjadi pada kondisi Covid yang berat sehingga pemantauan kondisi, serta tatalaksana secara dini dan tepat sangat penting untuk mencegah terjadinya dua kondisi tersebut.

Lebih lanjut, laporan riset IDAI tersebut juga menjabarkan distribusi regional kasus Covid pada anak, dimana terdapat 10 (sepuluh) daerah di Indonesia dengan kasus anak terkonfirmasi Covid terbanyak yakni: Jawa Barat, Riau, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, DIY, dan Papua.

Juga ada 7 (tujuh) daerah dengan kasus kematian anak terkonfirmasi Covid terbanyak, yaitu: Jawa Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Disebutkan oleh DR. Dr. Antonius H. Pudjiadi, Sp.A(K) – Ketua Bidang Ilmiah Pengurus Pusat IDAI, “Tidak meratanya deteksi kasus ini terjadi karena: fasilitas tes PCR dan fasilitas kesehatan yang berbeda, kapasitas testing PCR saat itu di Indonesia masih rendah dan anak bukan populasi prioritas untuk tes.”

Laporan hasil riset IDAI tersebut juga menyebutkan bahwa CFR Covid anak di Indonesia ini jauh lebih tinggi dibanding di negara lain seperti Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa, kemungkinan karena kapasitas pemeriksaan (testing) yang rendah sehingga banyak kasus yang tidak terdeteksi.

Catatan: Data Kemenkes pada waktu yang sama mendapatkan 77.254 kasus anak terkonfirmasi Covid dari total kasus 671.778, yaitu sekitar 11.5 persen. Perbedaan jumlah ini terjadi karena di penelitian ini yang terdata hanyalah kasus yang ditangani oleh dokter anak, sedangkan Kemenkes juga masukkan data dari anak yang tidak bergejala dan hasil telusur kontak. (ist)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *