Rencana Reopening Border, Pelaku Pariwisata Berharap Pemerintah Longgarkan Karantina
(Dutabalinews.com), Rencana pembukaan dan penerimaan kembali kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali disambut gembira sejumlah pelaku pariwisata. Namun sebagian masih belum yakin dengan rencana reopening border 14 Oktober ini.
“Yang penting dibuka dulu agar turis bisa masuk Bali. Sebab beberapa negara seperti Amerika dan Eropa juga sudah menerima wisatawan,” ujar pelaku pariwisata Gede Gunawan saat acara bincang santai dengan Anggota Komite II DPD RI Dr. Made Mangku Pastika,M.M. yang mengangkat tema “Kesiapan Bali dalam Menyambut Pariwisata Pasca Pandemi Covid 19”, Selasa (12/10).
Bincang santai terkait reses Mangku Pastika yang berlangsung secara online dan offline tersebut dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja menghadirkan sejumlah tokoh pariwisata.
Gunawan berharap pintu masuk ke Bali bisa diperlonggar. “Kalau sudah negatif logikanya mereka bisa berlibur. Apalagi sudah vaksin dua kali,” tambahnya. Ia bahkan mencontohkan Thailand yang sudah memberlakukan aturan khusus bagi turis yang masuk ke Puket. “Kalau negatif mereka bebas bepergian,” ujarnya. Spanyol, Prancis dan Jerman juga memberlakukan hal serupa.
Pelaku pariwisata Jro Mangku Suteja juga menyambut positif reopening border 14 Oktober ini dan bisa berjalan baik. Namun ia melihat kebijakan memberlakukan karantina 8 hari yang kemudian dirubah 5 hari perlu dikaji lagi. Sebab menurutnya turis punya masa libur maksimal sepekan, maka kalau harus masuk karantina lima hari, sisa waktu efektif mereka hanya tinggal 2 hari.
Menurutnya dengan tes PCR yang hasilnya negatif dan sudah vaksin 2 kali, mestinya mereka bisa tinggal di hotel yang sudah tersertifikasi.
Praktisi lainnya Febe dan Fransisca juga berharap Bali bisa segera buka. Fransisca yang juga Sekjen BHA menegaskan yang penting regulasi harus jelas sehingga ada kepastian.
Hal senada disampaikan narasumber Ketua NCPI (Nawa Cita Pariwisata Indonesia) Bali Agus Maha Usadha yakni pentingnya kepastian regulasi dan aturan itu diketahui umum serta stakeholder termasuk juga calon wisatawan.
Menanggapi berbagai masukan dan perkembangan yang ada, Mangku Pastika berharap agar para stakeholder pariwisata segera menemui pihak terkait (asosiasi) membahas kondisi yang ada. “Saya juga akan sampaikan ini ke pusat,” ujar Mangku Pastika.
Di sisi lain, Mangku Pastika menyebutkan pariwisata itu menyangkut rasa. “Kalau ia (turis) sudah merasa nyaman dan aman maka dia akan datang,” tambah mantan Gubernur Bali dua periode ini.
Terkait adanya aturan harus ikut karantina berhari-hari perlu dikaji lagi sebab waktu bagi wisatawan akan habis di kamar (karantina). “Pertanyaannya mau ngapain mereka ke Bali,” ujar Mangku Pastika.
Dalam paparannya Mangku Pastika sempat menyinggung peristiwa Bom Bali 1 di Kuta yang jatuh tanggal 12 Oktober 2002 dengan menelan korban tewas 202 orang itu. “Saya waktu itu jadi Kapolda Papua dan tengah rapat dengan tokoh masyarakat. Tiba-tiba ditelepon Kapolri dan ditunjuk menjadi Ketua Tim pengungkapan kasus itu,” jelas mantan Kapolda Bali ini.
Beberapa hari kemudian Mangku Pastika sudah mulai menjalankan tugasnya di Bali. “Sebagai orang Bali saya sudah tentu selalu berdoa dalam menjalankan tugas dan saya percaya apa yang saya lakukan mendapat restu. Terbukti kasus itu akhirnya terungkap dan tuntas,” kenang Mangku Pastika.
Di saat sekarang, ketika masyarakat Bali menghadapi pandemi Covid-19 yang juga menyebabkan pariwisata terpuruk, Mangku Pastika pun mengajak agar tabah dan tetap berdoa agar diberi kesehatan sehingga Covid bisa teratasi dan pariwisata kembali pulih. (bas)