Rumah Cegah Menyasar 67 Juta Individu untuk Saling Berbagi Upaya Pencegahan Korupsi
(Dutabalinews.com), Upaya pencegahan korupsi yang terjadi di lingkup pendidikan makin fokus digencarkan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Hal itu menyusul diluncurkannya Program Rumah Cegah, sebuah aplikasi terapan berbasis teknologi Informasi dengan sasaran awal sosialisasi kepada 67 juta individu di kalangan siswa, mahasiswa, guru, dosen, tenaga kependidikan, keluarga serta pemangku kepentingan dunia pendidikan di seluruh Indonesia.
Sejak diluncurkannya program Rumah Cegah bulan lalu, sambutan publik cukup menggembirakan. Terlihat melalui antusiasme para siswa, mahasiswa, guru, dosen dan tenaga kependidikan yang secara masif saling berbagi upaya pencegahan korupsi sesuai porsi dan kapasitas masing-masing.
Sehingga tercapai target awal bahwa opini korupsi adalah musuh dunia pendidikan dan menjadi tanggung jawab bersama sudah merambah ke semua lapisan. “Tidak mungkin Indonesia sukses memperbaiki kualitas pendidikan sepanjang parasit-parasit tersebut tidak bisa kita hapuskan bersama,” tegas Inspektur Jenderal Kemendikbudristek, Dr. Chatarina Muliana saat acara Ngobrass ‘Ngobrol bareng asik saat senja’ Inspektorat Jenderal Kemendikbudristek, Selasa (16/11) malam di Kuta yang dihadiri dosen Undiknas Dr. Subanda serta puluhan mahasiswa serta berlangsung pula secara virtual.
Dikatakan pihaknya fokus pada hal-hal yang bersifat pencegahan karena manfaatnya jauh lebih besar daripada melakukan hal yang hanya bersifat represif, walaupun upaya represif tetap dilakukan.
Tidak dapat dipungkiri pandangan negatif masyarakat tentang perilaku korupsi tersebut masih saja mengancam dunia pendidikan, karena konstribusi dana untuk pembiayaan fungsi pendidikan dari APBN begitu besar dan ini perlu pengawasan bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Alokasi dana dimaksud untuk tahun 2021 sebesar Rp541 triliun lebih yang mana Rp 299,1 triliun di antaranya ditransfer ke daerah-daerah, Rp 55,9 triliun diberikan kepada Kementerian Agama.
Sementara dana yang diberikan untuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi sebesar Rp73 triliun dan diberikan kepada Kementerian dan Lembaga lainnya sebesar Rp23,9 triliun.
Inspektorat Jenderal Kemendikbudristek tetap membuka ruang pengawasan kepada seluruh pemangku kepentingan, khususnya bagi aparatur pengawasan di provinsi, kabupaten dan kota untuk bersama-sama mengawal peruntukan alokasi dana pendidikan tersebut sampai ke alamatnya dalam upaya mendukung terciptanya pendidikan berkualitas bebas dari aroma korupsi.
Konsep pencegahan korupsi melalui Rumah Cegah mengenyampingkan anggapan seolah korupsi itu adalah sebuah kebutuhan karena siapapun pelakunya karakter rakus terus saja melekat. Begitu pula anggapan tindak kejahatan korupsi seolah sebuah sistem dalam dunia birokrasi.
“Yang jelas Rumah Cegah berupaya membangun kejujuran dengan pendekatan melentur dari akar sehingga suatu saat para siswa ataupun mahasiswa yang ada hari ini kemudian suatu saat menjadi publik pigur akan turut melakukan upaya pencegahan sekaligus memberikan konstribusi menurunkan index persepsi korupsi yang belakangan ini begitu buruk dilabelkan kepada Indonesia,” ujarnya.
Untuk mendukung proses sosialisasi Rumah Cegah sekaligus mengasah kreativitas anak bangsa melalui berbagai kegiatan positif yang bertujuan untuk memperkuat nilai integritas di dunia pendidikan, maka diselenggarakan Festival Cegah Korupsi 2021.
Festival Cegah Korupsi 2021 yang mengusung tema “Berani Jujur Itu Keren” mempunyai beberapa kegiatan yang dilaksanakan secara daring. yaitu Webtalks (Diskusi Daring), Kompetisi Kampanye Sosial, Kompetisi Video Opini, Kompetisi Video Animasi dan Kompetisi Desain Poster.
Festival Cegah Korupsi 2021 akan dilaksanakan selama dua bulan yang dimulai dengan tahapan pendaftaran peserta pada tanggal 5 Oktober 2021 dan berakhir pada tanggal 5 Desember 2021 berupa kegiatan Penganugerahan Pemenang.
Kegiatan Rumah Cegah nantinya berlangsung terus menerus dalam bentuk road show dari satu kota ke kota lainnya dengan cara hybrid melalui aksi luring dan daring hingga diharapkan akhir Desember mendatang sudah menyentuh setidaknya 10 persen dari kelompok sasar siswa, mahasiswa, guru, dosen, tenaga kependidikan, keluarga dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya di lingkup Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.(ist)