Sosial & Seni

Festival Gajah Mada Perkuat Akulturasi Masyarakat Tionghoa dan Bali

(Dutabalinews.com), Perayaan Imlek tahun ini terlihat semarak, khususnya seperti yang terlihat di seputaran Jalan Gajah Mada dan sekitarnya.

Tampak di Gajah Mada yang dulu dikenal sebagai China Town dalam menyambut Imlek ini dihiasi lampion dengan warna menarik. Gang-gang sekitarnya juga ikut “berhias”. Tidak sampai di sana, warga Tionghoa juga menggelar Festival Gajah Mada dengan penampilan barongsai, melepas ikan lele dan burung tekukur.

“Rabu hari ini tanggal 2 Pebruari 2022 adalah saat yang tepat dalam momen Imlek kami dari Perhimpunan Indonesia Tionghoa bersama keluarga besar Ketut Siandana dan Jro Mangku Kuning mengadakan Festival Gajah Mada. Meskipun di tengah pandemi kami upayakan dapat terlaksana untuk menjaga spirit bagaimana membangkitkan kota tua China Town yang dimiliki Denpasar dan Bali untuk bisa memberi vibrasi kebangkitan ekonomi Bali. Ini merupakan cita-cita warga Tionghoa yang merindukan Gajah Mada jadi China Town Kota Denpasar,” ungkap Ketua INTI (Perhimpunan Indonesia Tionghoa) Bali Sudiarta Indrajaya yang akrab disapa Sin di sela-sela acara di seputaran Gajah Mada, Rabu (2/2).

Perayaan yang digelar secara sederhana menurut Sun sebagai spirit untuk membangkitkan ekonomi Bali di 2 tahun ini. Dari hasil renovasi pelataran Pasar Badung ini ada Ratu Mas Melanting sebagai sumber kemakmuran, dewi yang memberikan rejeki berlimpah sebagai pusat ekonomi rakyat kecil.

 

“Ini sangat menyatu dengan Gajah Mada yang sudah dihiasi atribut-atribut yang membuat lebih menarik. Ada Pasar Kumbasari dan Pura Desa yang ditata begitu bagusnya. Harapan kami tentu upaya sederhana ini betul-betul memperkuat kerukunan dan akulturasi budaya yang dibangun ribuan tahun antara masyarakat Tionghoa dan Bali jadi kita perkuat,” ujar Sin.

Dikatakan Bali adalah miniatur Indonesia dimana kerukunan, toleransi dan keharmonisan terlihat jelas terjaga. “Mudah-mudahan hal ini mampu memberikan vibrasi baik yang meluas ke tempat-tempat lain yang masyarakat Bali sedang sulit akibat pandemi ini.

Mengembalikan Gajah Mada sebagai China Town masa lalu adalah sesuatu yang sangat sulit untuk diwujudkan karena perubahannya begitu besar. Tidak banyak lagi masyarakat Tionghoa yang berusaha tinggal di daerah ini namun secara aktivitas masih memungkinkan. Aktivitas budaya, kesenian yang menunjukkan toleransi, kedamaian dan ini mampu mengenang kembali Gajah Mada masa lalu melalui pembangunan aktivitas seperti memperbaiki dan menghias gang-gang sekitar setiap Imlek. Seperti di negara lain, gang-gang pun dihidupkan, jadi aktivitas perekonomian dihidupkan.

“Dengan dukungan Pak Walikota sangat membantu meningkatkan semangat dan motivasi kami, baik Walikota lalu maupun yang sekarang memberi ruang bagi kami untuk beraktivitas yang membantu kami mengingat kembali ada pusat kerajinan China Town di Gajah Mada ini. “Kami harap ini akan terus tumbuh dan memperkuat identitas bahwa ini adalah China Town yang kita banggakan di masa lalu dan kini masih ada,” harapnya.

Dalam merayakan Imlek tahun ini, INTI Bali juga menggelar beberapa kegiatan sosial, kemanusiaan dan lingkungan seperti pembagian sembako, donor darah dan sejumlah kegiatan lain yakni penanaman bakau. (bas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *