(Dutabalinews.com),Selama ini guru selalu disibukkan dengan kegiatan mengajar dan membuat administrasi seperti RPP maupun bahan ajar. Sehingga diperlukan sebuah ruang untuk guru-guru tersebut bisa berekspresi.
Atas dasar itulah, kelompok Makanti Puisi yang terdiri dari berbagai komunitas literasi di Bali menggelar lomba menulis dan membaca puisi. Kegiatan ini dibuka secara secara daring melalui zoom meeting pada Sabtu, 3 September 2022 dan akan berakhir pada 25 Desember 2022 mendatang dengan agenda launching buku kumpulan puisi peserta terpilih.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Panitia Menulis dan Baca Puisi Bali, IGA Darma Putra mengatakan tema dari acara ini yakni malilacita makanti puisi atau bersenang-senang dan berteman dengan puisi. Sesuai tema tersebut, kegiatan ini dimaksudkan untuk mengajak guru-guru se-Bali bersenang-senang dan berteman dengan puisi. “Kegiatan ini tak terbatas hanya untuk guru bahasa Bali saja, tapi semua guru di Bali. Karena penulis berbahasa Bali tak hanya berasal dari guru bahasa Bali saja,” kata Darma Putra saat acara pembukaan.
Darma Putra juga mengatakan jika lewat puisi guru-guru ini akan mampu mengungkapkan berbagai perasaannya, karena baginya bahasa adalah alat untuk berbagi rasa. “Mungkin selama ini guru-guru menguras pikiran dan suntuk pada pekerjaannya. Sehingga kami memberikan ruang seluas-luasnya untuk berekspresi tanpa terikat oleh sebuah tema,” katanya.
Selain lomba menulis maupun membaca puisi, acara ini didahului dengan workshop menulis dan membaca puisi Bali. Selaku pemateri adalah sastrawan dan penggelut dunia teater, AA Sagung Mas Ruscitadewi.
Mas Ruscitadewi mengatakan membuat puisi tidaklah sulit jika sudah menemukan kata kuncinya. “Semua punya kata, bahasa, kemudian yang dibutuhkan adalah mau dan percaya diri. Apalagi guru di Bali sudah akrab dengan seni sehingga ini tidak akan sulit,” katanya. Dengan berlimpahnya budaya, seni yang ada di Bali, baginya tak sulit untuk menggali satu tema yang bisa dijadikan puisi.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Bali, Herawati mengapresiasi terselenggaranya kegiatan ini. “Bahasa Bali sarat dengan kearifan lokal yang harus dilestarikan. Kita harus melestarikan budaya dan kearifan lokal ini salah satunya lewat puisi,” katanya.
Herawati menambahkan, guru sebagai garda terdepan pendidikan harus bisa memperkenalkan kearifan lokal ini pada peserta didik di sekolah.
“Melalui kegiatan ini saya berharap guru-guru berani menuangkan ide dan perasaannya melalui sebuah puisi,” katanya. (*)