Politik

Reses di Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan, Dr. Mangku Pastika, M.M. Lempar Uang Koin di Kolam

Kolam tersebut airnya didatangkan khusus dari berbagai sumber di Tanah Air. Dr. Mangku Pastika mengatakan rumah kebangsaan dan kebhinekaan yang disingkat ‘kakek’ ini merupakan tempat istimewa, penuh simbol dan narasi yang kuat untuk mewudjudkan rasa kebangsaan nasionalisme, rasa persatuan di antara sesama anak bangsa.

“Di sini diwarisi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dengan slogan lainnya dari seluruh nusantara yang mencerminkan rohnya dari Bhinneka Tunggal Ika,” jelas Mangku Pastika saat reses di rumah yang penuh kedamaian itu. Dalam reses Mangku Pastika didampingi Tim Ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.

“Kekuatan kita sebagai bangsa Indonesia adalah di situ. Rasa kebangsaan dan persatuan kita sebagai sesama anak bangsa dari Sabang sampai Merauke. Rumah ini sebagai tonggak, suatu tempat pemersatu yang perlu dikunjungi dan perlu dipahami oleh semuanya khususnya para pemuda kita agar tidak mudah tergoyahkan dari upaya yang menceraiberaikan kita. Mudah-mudahan dari titik ini semua rasa kebangsaan, kebhinekaan, persatuan kita sebagai anak bangsa terus dikobarkan, disebarkan ke seluruh nusantara, bahkan seluruh dunia,” tambah Gubernur Bali 2008-2018 ini.

Di sisi lain Mangku Pastika menjelaskan perlunya ada hentakan, gebrakan kepada pemimpin agar anggaran yang yang dikelola dimanfaatkan semaksimal untuk kepentingan rakyat agar semakin sejahtera.

Sementara itu Ketua Yayasan Rumah Kebangsaan Kebhinnekaan Ketut Udi Prayudi mengatakan rumah gotong royong ini sudah digunakan oleh 52 organisasi dan lembaga kemahasiswaan.

 

“Rumah ini sempat dikunjungi Kementerian yang mengatakan akan membantu kelengkapan bangunan tapi sampai sekarang belum ada. Dari Badung, Pemkot juga menjanjikan tapi sampai sekarang gak ada kejelasannya. Kami terpaksa jual kupon berhadiah untuk bisa melaksanakan kegiatan,” tambah Udi.

Rumah Kebangsaan dan Kebhinnekaan Pasraman Satyam Eva Jayate yang terletak di kawasan Desa Penatih, Kota Denpasar mengusung konsep kebangsaan dan nasionalisme, sekaligus dapat menjadi tempat untuk mewadahi aktivitas generasi muda.
“Ini memiliki konsep kebangsaan dan nasionalisme. Pondasi bangunan dibangun dari batu seluruh Nusantara dari Sabang sampai Papua, dari Mangas sampai Pulau Rote Ndao,” kata mantan staf KPU RI in menambahkan di Pasraman ini tidak terlepas dari angka atau simbol 17-8-45 atau tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945.

Baca Juga :   Retas “Tantangan dan Peluang Mewujudkan Palemahan”, Dr. Mangku Pastika, M.M.: Jaga Bali dengan Penegakan Hukum

“Bangunan ini ada tiang dan tangga. Ukurannya 17 cm untuk anak tangga, 8 buah tiang atau pilar utama dan lebar anak tangga 45 cm. Di sini juga ada biopori sebanyak 178 buah, simbol tanggal 17 bulan 8,” jelasnya.

Sedangkan ruangan yang ada diberi nama-nama pahlawan dari seluruh Nusantara dari berbagai suku dan agama, seperti Ruang Bung Karno (Jawa), Ruang Bung Hatta (Sumatra), Ruang Gusdur (Jawa), Ruang Tjilik Riwut (Kalimantan), Ruang Cut Nyak Dien (Aceh), dan Ruang John Lie (Sulawesi). Selanjutnya Ruang Frans Kasiepo (Papua), Ruang Mr Ida Anak Agung Gede Agung (Bali), Ruang Christina Martha
Tiahahu (Maluku) & Ruang Ida | Dewa Istri Kanya (Bali)

Mengusung jargon kebangsaan dan kebhinekaan Rumah KaKek ini dibangun untuk mewadahi beragam kegiatan pengembangan dan pembangunan generasi muda. Termasuk kegiatan kreatif, seni budaya dan kegiatan lainnya.

“Pasraman Satyam Eva Jayate ini terbuka untuk siapapun tanpa membedakan suku dan agama. Dari kelompok manapun, agama apapun silakan kalau berkegiatan di sini. Asalkan positif dan membangun Indonesia,” ujar aktivis dan pegiat eco enzim ini. Pasraman ini juga diklaim menjadi yang pertama di Indonesia yang menerapkan spirit, narasi hingga bangunan berkebangsaan. (bas)

Berikan Komentar