14 Negara Hadiri Roundtable FIA Region II Kawasan Asia Pasifik, Presiden FIA Kagumi Mobil Tuksedo Studio
Wakil Ketua Umum Bidang Mobilitas IMI, Rifat Sungkar mengatakan Presiden FIA yang datang baru pertama kali selama event ini punya koleksi 200 mobil di Dubai. Namun ia belum pernah lihat industri seperti ini. Bangga Indonesia punya industri ini.
“Kita tunjukkan Indonesia hebat dalam masalah kerajinan. Mereka lihat ini industri baru walaupun isinya kendaraan klasik,” jelas Rifat didampingi Direktur Tuksedo Studio Laksamana Gusti Handoko kepada wartawan di sela-sela Conference Dinner FIA Region II Roundtable yang berlangsung meriah dengan penampilan beberapa kesenian.
Rifat menjelaskan sekarang ini di Bali sedang melaksanakan event Roundtable FIA Conference Region 2, Asian Pacific. Kali ini Indonesia dipercaya jadi tuan rumah dimana lebih dari 70 delegates dari 14 negara yang hadir.
“Ini achievement (pencapaian) bisa jadi host di acara ini. yang luar biasa yang menarik bukan hanya roundtable, tapi kami juga melakukan kunjungan-kunjungan ke industri kreatif otomotif Indonesia yang pastinya sudah jadi tolok ukur utama industri maju yang ada di Bali yaitu Tuksedo Studio. Semua candidate yang ada di sini latar belakangnya adalah mobility jadi bukan sport atau balap. Mobility ini lebih ke bagaimana kita bisa melangsungkan hidup lebih panjang dengan sistem transportasi yang lebih baik,” jelasnya.
“Agendanya ada lingkungan hidup, kendaraan listrik, komunitas, tourism, dan safety driving. Dengan adanya event ini, Indonesia jadi dilihat bahwa negara kita punya potensi yang luar biasa,” tambahnya.
Rifat mengatakan industri kreatif otomatif Indonesia sangat mengagetkan karena mereka tidak menyangka ada kendaraan iconic yang diproduksi di Bali di Tuksedo Studio yang punya kualitas dunia. Mereka (para delegasi) mengapresiasi ini, melihat kendaraan-kendaraan ini valuasinya luar biasa tinggi. Mereka terbuka matanya bahwa aslinya berharga jutaan dolar sementara, Laksamana Gusti (-manajer Tuksedo Studio) bisa mewujudkan ini jadi kenyataan.
“Presiden FIA bilang dia punya mobil yang sama, chrome-nya saja tidak sebagus ini, dia tanya dimana bikinnya. Ada beberapa juga yang tanya kalau ekspor berapa, berapa lama bikinnya, Jadi kita buka mata dunia dulu, tidak bisa langsung sales, tapi tunjukkan dulu bahwa Indonesia bisa membuat karya kelas dunia,” tambah Rifat.
Rifat menjelaskan Bali itu penuh dengan surprise. “Mereka nanya kenapa gak diadakan di Jakarta, kenapa di Bali? Saya bilang Bali itu kalau conference kita kerja ya kerja, kalau liat-liat ya liat-liat saja. Dia juga nanya gimana perkembangan otomotif di Bali, Bali itu salah satu pulau yang mempunyai mobilisasi sangat tinggi. Kita punya agenda, peningkatan keselamatan berkendara, mulai dari anak-anak pakai helm lalu driving behaviour. Satu persatu kita kenalkan,” tambahnya.
Laksamana Gusti menjelaskan di ajang ini pihaknya tidak mengejar transaksi dulu, ada nilai emosional yang lebih tinggi. Pihaknya masih berjuang untuk normalisasi kendaraan custom seperti ini.
“Beberapa dari negara mereka punya regulasi itu. Mereka punya regulasi, tapi gak punya industrinya. Kita punya industrinya tapi gak punya regulasinya. Tahun ini saya jadi Vice President FIA Mobility Region 2, saya punya koneksi baik. Sesuatu yang baru itu pasti tidak bisa diterima, tapi ini bisa membawa perubahan untuk industri otomotif Indonesia yang lebih baik. Mudah-mudahan beberapa tahun ke depan Indonesia punya merk mobil sendiri. Saya berjuang mati-matian setelah 3 tahun regulasinya sudah di meja Menteri Perhubungan, paling lama bulan depan saya ketemu beliau, mudah-mudahan bisa diterima,” ujar Rifat.
Kehadiran industri ini disebutkan selain banyak tenaga kerja yang bisa diserap, penyuka mobil atau motor bisa salurkan keinginannya, pemerintah juga dapat pajaknya dan pengrajin dapat kerjaannya. “Kami tidak mengganggu industri mobil/motor sama sekali karena kita industri kecil tapi dampaknya besar. Kita hanya melakukan adjustment di undang undang yang sudah ada. Memang ada rencana produksi tahun depan,” tutupnya.
Gusti menjelaskan acara Conference Dinner FIA Region II Roundtable di Tuksedo Studio Bali
bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi antara stakeholder otomotif di kawasan Asia Pasifik dan
khususnya bagi rekan-rekan yang telah turut berkontribusi untuk membesarkan nama Tuksedo Studio sebagai salah satu stakeholder dalam dunia tersebut baik dalam skala nasional maupun internasional.
Roundtable FIA Region II kawasan Asia Pasifik diselenggarakan oleh Ikatan Motor Indonesia pada 18-19 September 2023 di Intercontinental Bali Resort. Acara tersebut merupakan pertemuan seluruh FIA Mobility Member se-Asia Pasifik yang dilaksanakan setiap tahunnya. Pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan ide dan inovasi serta menjawab tantangan yang dihadapi Anggota FIA di negaranya.
Yang menarik dari pertemuan di Bali ini adalah Presiden FIA Mohammed Ben Sulayem dan beberapa petinggi FIA lainnya, termasuk Presiden Senat FIA Carmelo Sanz de Barros, Wakil Presiden FIA Bidang Mobilitas Mobil dan Pariwisata Tim Shearman, dan Presiden FIA Region II Greig Craft juga hadir. Roundtable bertajuk “Partnership for Impact” ini bertujuan untuk mempererat kolaborasi antarKlub. (bas)