Politik

​Telat Bayar Jaspel Medis Sampai 6 Bulan, Krisna Budi Kecewa Dengan Sistem Kerja RSUD Tangguwisia Buleleng

(Dutabalinews.com),Kecewa dengan system kerja RSUD Tangguwisia, Kecamatan Seririt Buleleng yang sampai menunda pembayaran Jasa Pelayanan (Jaspel) tenaga medis. “Seakan-akan sistem di RSUD Tangguwisia, Kecamatan Seririt jadi terkesan bobrok, dan patut untuk diperbaiki,” kata Ketua Komisi II  DPRD Provinsi Bali IGK Kresna Budi, Selasa (3/10).

Sembari menyebut kejadian itu sangat disayangkan karena sejak awal mestinya dibangun komunikasi. Bahkan menurutnya harus dilakukan evaluasi dimasing-masing SKPD agar peristiwa yang terkait hak mendasar tidak terabaikan dan terulang.

“Jaspel tidak dibayar hingga 6 bulan tidak tepat itu. Dari awal mestinya diurai problemnya, sejak awal harus ada evaluasi setiap SKPD karena disitu letak keberhasilan seorang pemimpin,” ucap Kresna Budi dengan tegas.

Lanjutnya, keberhasilan tidak saja diukur dari kemampuan membangun gedung, taman kota dan lainnya. Karena tolok ukurnya tidak saja soal bangunan fisik tapi lebih pada pemenuhan kebutuhan mendasar yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Begitu pula soal pendidikan, kesehatan, pertanaian dan peternakan kebutuhan yang pokok harus bisa didahulukan. “Terlebih soal Jaspel tenaga kesehatan tidak dibayar sampai 6 bulan tentu hal itu cukup keterlaluan. Karena inti pemerintahan itu ada di pelayanan,” imbuhnya.

Krisna Budi juga menyampaikan seharusnya ada perbaikan pada system pembukuan setiap pegawai sesuai masa kerja setiap bulan. Ini sampai 6 bulan tidak terbayar bagiamana ceritanya itu, karena gaji itu kebutuhan mendasar. “Jangan bicara proyek dulu lah sebaiknya perbaiki dulu ke dalam. Katanya pingin rakyat bisa sejahtera, masah pembayaran gajih dibuat telat sampai lama begitu,” terang Krisna Budi.

Karena hasil akhir sebuah pemerintahan adalah memperbesar peluang kesejahteraan. Ini tidak boleh terjadi karena jasa perawatan itu merupakan imbal balik atas Jaspel. “Sebab itu akan meminimkan keluhan masyarakat. Bahkan politik jangan masuk ke ranah ini, karena akan mengganggu tupoksi dalam manajemen nantinya,” ujarnya.

Sembari menambahkan, anggaran untuk kesehatan hampir sama besarnya dengan pendidikan. Jangan sampai kondisi itu menyebabkan lebih besar pasak dari tiangnya. “Ada uang segitu ya segitu dikelola jangan berlebihan dan membebani. Perbaiki ke dalam dululah, bagaimana bisa keluar kalau kedalamnya masih tidak bagus,” pungkasnya.SUS

Berikan Komentar