Ekonomi & Bisnis

UMKM Nenek Moyang 69 Membuka Peluang Baru dalam Ekspansi Produk Herbal

Petani dari pada lahannya kosong dan kritis, kalau ditanami bahan-bahan (herbal) akan sangat menguntungkan. Ini industri ramah lingkungan sehingga sangat bagus dan perlu didorong terus. Pemerintah perlu dukung ini dengan memberi ruang yang lebih luas agar bisa berkembang. Apalagi Indonesia sejak dulu terkenal unggul dengan rempah-rempahnya dan ini potensi besar bisa bangun kembali jalur rempah dunia.

(Baliekbis.com), Trend dunia saat ini dimana manusia ingin sehat yang alami, ‘back to nature’. Karena itu perawatan tubuh dengan produk chemical (senyawa kimia) akan ditinggalkan karena manusia ingin yang sehat dalam jangka panjang.

“Jadi satu-satunya jalan adalah ‘back to nature’. Filosofi itulah dikembangkan di UMKM ‘Nenek Moyang 69’ dengan memanfaatkan herbal, kekayaan alam kita,” ujar Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika,M.M. saat Reses ke UMKM ‘Nenek Moyang 69’ Batubulan Gianyar, Minggu (18/2).

UMKM Nenek Moyang 69 di bawah bendera CV Boreh Bali Indonesia memproduksi berbagai produk herbal berupa masker, lulur, dll. Pada reses yang dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara, Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja dengan tema “Upaya Meningkatkan Daya Saing Pelaku UMKM Herbal”, Mangku Pastika melihat langsung proses produksi pembuatan aneka produk herbal yang kini sudah tembus ke sejumlah negara.

“Mereka sudah mulai dari hulu ke hilir, dari memanfaatkan lahan, tanaman, memberdayakan petani kemudian menggunakan teknologi yang lebih saintis dengan kaidah-kaidah kesehatan, mendapatkan lisensi BPOM, dan sertifikasi halal. Semoga produk ini bisa diterima semua kalangan masyarakat,” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini.

“Saya merasa mendapat wawasan begitu luas setelah melihat apa yang dikerjakan di pabrik ini. Tugas saya sekarang adalah menghubung-hubungkan mulai dari petani hingga pihak yang terkait lainnya. Daripada lahannya kosong, kalau ditanami kelor, daun salam, kunyit itu tentu tidak sulit khususnya di Bali yang bisa dimanfaatkan petani,” tambah Mangku Pastika.

Memang ada sebagian bahan baku seperti kemiri dan kencur mesti didatangkan dari Flores NTT karena dibutuhkan dalam jumlah besar. “Jadi meski belum ada kemiri tidak apa-apa. Kan kita juga bisa menghidupi petani di Flores, tetangga kita. Di sinilah diproses, diproduksi dan menyerap tenaga kerja,” ungkap Mangku Pastika.

Sementara itu Owner Nenek Moyang 69′ Ketut Dian Sugiantari, S.H. menyambut gembira kedatangan Gubernur Bali 2008-2018 ke pabriknya. “Terima kasih Bapak datang dan menghargai usaha kecil. Saya ingin mengembangkan usaha ini untuk membantu petani rempah-rempah. Saya juga melibatkan ibu rumah tangga untuk turut serta seperti dalam proses pembersihan bahan baku,” jelasnya.

Dikatakan Indonesia kaya akan sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk jadi produk unggul. “Dengan kehadiran Balak semoga ke depan ini bisa semakin maju dan kita bisa membuka lapangan pekerjaan yang semakin luas lagi,” harapnya.

Dalam produksinya, CV Boreh Bali Indonesia menggunakan kunyit, kencur, kemiri, daun salam, kacang hijau, daun kelor, daun liligundi dan beras merah. Jumlahnya berton-ton setiap bulannya dan sebagian didatangkan dari NTT.

Untuk rempah-rempah seperti kunyit dan daun salam masih bisa didapatkan di Bali. “Tapi kencur dan kemiri karena skala besar kita disupport petani dari Flores. Untuk pemasaran di Indonesia kita punya reseller dan distributor. Sedangkan ekspor kita sudah menyuplai ke spa-spa di Australia, skala besar ke Taiwan,” jelas Dian.

Ia mengaku optimis produk berbahan herbal ini akan semakin diminati karena tidak ada bahan kimia. “Ini bagus untuk kulit dalam jangka panjang. Rempah-rempah bagus untuk kesehatan tubuh, dimakan saja aman apalagi di kulit. Tahun 2017 saya mendapatkan tender Kutus Kutus, itu menopang saya untuk semangat di bidang herbal. Ini kebetulan resep nenek saya, saya kembangkan. Produk ini sudah BPOM dan halal juga,” pungkasnya. (bas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *