Sosial & Seni

Interaksi Lindi dan Air Hujan di TPPAS Sarimukti Picu Pembentukan Cairan Asam

(Dutabalinews.com), Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Sampah Akhir (TPPAS) Sarimukti, terletak di Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat merupakan tempat akhir perjalanan sampah dari 4 kota besar yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.

Awalnya, TPPAS Sarimukti hanya digunakan sebagai lahan darurat untuk menangani masalah sampah setelah terjadinya longsor besar di TPPAS Leuwigajah pada tahun 2005. Namun, seiring berjalannya waktu, TPPAS ini terus digunakan dan mulai beroperasi sebagai TPPAS Regional sejak bulan Mei 2006.

TPPAS Sarimukti dirancang dengan kapasitas 2 juta ton sampah, namun saat ini total sampah di TPPAS Sarimukti sudah mencapai 16 juta ton atau 8 kali lipat dari seharusnya.

Hal itu disampaikan oleh Tim pengabdian masyarakat dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB yang diketuai oleh Dr. Eng. Asep Saepuloh dengan anggota Dr. Astyka Pamumpuni dari Teknik Geologi, Muhammad Rais Abdillah, Ph.D dari Meteorologi, Sella Lestari Nurmaulia, M.T. dari Teknik Geodesi dan Geomatika, serta mahasiswa-mahasiswa MBKM ITB baru-baru ini melakukan penelitian dengan judul Observasi Geologi dan Analisis Spasial Untuk Optimalisasi Lahan Urug TPPAS Sarimukti.

Dalam penelitian tersebut mereka menemukan bahwa di balik kondisi topografi dan struktur lapisan batuan TPPAS Sarimukti, interaksi antara lindi dan air hujan harus menjadi perhatian utama dalam pengelolaan area ini. Lindi merupakan cairan yang dihasilkan dari perkolasi air hujan melalui timbunan sampah yang terurai, dapat memicu terbentuknya cairan asam dengan konsentrasi tinggi.

Menurut temuan Tim Meteorologi, berdasarkan data curah hujan historis dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum periode 2011-2020, rata-rata curah hujan harian di TPPAS Sarimukti mencapai 12,1 mm/hari. Dengan intensitas curah hujan tersebut dan memperhitungkan luasan daerah tangkapan air di TPPAS Sarimukti, volume air rata-rata yang memasuki area ini setara dengan 5,2 juta liter per hari.

Sementara itu, jumlah curah hujan bulanan mencapai 367 mm yang setara dengan 159 juta liter per bulan atau setara dengan 31 kolam renang olimpiade berukuran raksasa.

Dengan penumpukan sampah yang melebihi kapasitas awal, perubahan topografi yang signifikan, dan volume air hujan yang besar, penting bagi pihak berwenang dan masyarakat untuk memantau dan mengelola TPPAS Sarimukti dengan hati-hati.

Upaya reklamasi, pemantauan geologi, dan manajemen lindi harus dilakukan secara terpadu untuk memastikan TPPAS Sarimukti tidak hanya berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah yang efisien, tetapi juga sebagai area yang aman dan ramah lingkungan bagi masyarakat sekitarnya.

Dengan pengetahuan yang lebih mendalam, diharapkan pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan lebih baik untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan keberlanjutan lingkungan. (Ist)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *