Sosial & Seni

Gus Sudiarta: Zaman Berubah, Jegog Jangan Sampai Punah

(Dutabalinews.com),Keberadaan seni Jegog di Kabupaten Jembrana belakangan mengalami penurunan aktivitasnya di banjar-banjar, atau sekaa-sekaa yang ada. Hanya beberapa saja yang masih eksis bahkan ada yang sudah memodifikasinya dengan tarian joged pergaulan, layaknya joged bumbung.

Pemerhati Seni Budaya Drs. I.B. Putu Sudiarta,S.Pd.,M.Si. berharap keberadaan seni Jegog ini jangan sampai punah, upaya untuk melestarikannya harus tetap jalan terus.

Menurut guru SD di Ubung ini, di Kota Denpasar direnovasi seperangkat alat musik tradisional bambu yakni Seni Jegog Tingklik. “Saya rasa upaya pelestarian jalan terus meskipun generasi kita mulai tergerus arus global dengan lebih cenderung instan, mau suguhan musik tanpa alat musiknya langsung. Mau dengemar hanya lewat hp aja, ” ujar Gus Sudiarta, di Denpasar, Minggu (11/8/2019).

Pihaknya bersama tokoh-tokoh Jembrana yang ada di Denpasar baru saja menyelamatkan seperangkat alat musik tradisional berbahan bambu besar dan kecil yang disebut Jegog Tingklik yang nyaris dibakar karena tidak mampu merawatnya, baik pemeliharaan materialnya maupun operasional organisasinya.

Ketika ditanya, Gus Sudiarta menyebutkan tahun 2012 lalu, dirinya bersama komunitas warga “Negaroa” Jembrana yang menyambung hidupnya di Denpasar dan Badung sepakat untuk membangun komunitas sekaa seni Jegog Tingklik yang diberikan nama sesuai visinya yakni “Duta Svara Shanti” sebagai upaya dan ajang untuk saling bersilaturahmi, bahkan sampai menghibur masyarakat yang punya hajatan yadnya dan suguhan atraksi wisata di wilayah Badung dan Denpasar.

Seiring waktu perjalanan sekaa ini mengalami pasang surut, menyurutnya jumlah anggota yang bekerja di Denpasar dan Badung karena mereka memilih pulang kembali ke kampungnya. Sehingga keberadaan sekaa ini mengalami kendala dalam melanjutkan misinya.

Di sisi lain, konon karena lokasi perangkat Jegog ini berada pada jalur yang kurang menguntungkan posisinya di jalur yang dikatakan mengganggu kenyamanan warga menyebabkan beberapa anggota kelompok ini mengalami sakit. Sehingga sebagai solusi perangkat jegog ini harus pindah dari lokasinya itu.

Keberadaan sekaa seni musik khas Jembrana yang sempat booming itu, kini harus diselamatkan, apapun kondisinya sejak dibiarkan begitu saja tergeletak, ada yang dimakan rayap, patah dan catnya mulai kusam karena sejak adanya isu sakit, jegog itu tidak pernah lagi dimainkan.

“Saya punya kewajiban moral sebagai warga Negaroa di perantauan menyelamatkan perangkat alat musik yang sangat digemari masyarakat domestik maupun asing ini. Saya akan rawat, bahkan kembangkan lagi sampai kepada pembinaan para penabuhnya yang sebagian besar pemuda dan masih sangat potensial untuk diajak melestarikannya,” tegas Gus Sudiarta.

Para pengurusnya juga akan dilakukan peremajaan, sarananya akan diperbaiki dan pelestarian harga mati juga yang nantinya berharap jangan sampai punah. “Ini warisan leluhur kita, jangan sampai punah,” ujarnya.(gus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *