Sosial & Seni

Bertemu Jajaran SMSI Bali, Dr. Mangku Pastika Dorong Pers Tetap Semangat

Dialog yang dibuka Ketua SMSI Bali Emanuel Dewata Oja (Edo) mengangkat tema “Peran Media Online dalam Mengimplementasikan Kebijakan Publik yang Akuntabel” dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara didampingi Ketut Ngastawa dan Nyoman Wiratmaja.

Dalam diskusi mengemuka pertanyaan terkait demokrasi saat kepemimpinan Dr. Mangku Pastika sebagai Gubernur Bali 2008-2018 dan keterbukaan informasi. “Pak Mangku Pastika adalah pemimpin yang demokratis, tidak alergi dengan kritik dan terbuka menerima masukan,” ujar Appolo Daton dari Pos Bali. Juga terkait perkembangan media (online) belakangan ini yang sarat dengan persaingan, tidak majunya lagi Mangku Pastika di 2024 serta nasib SMAN Bali Mandara seperti disampaikan Ariex dari Suara Denpasar.com.

Menurut Mangku Pastika, meski banyak media dan persaingan, yang penting jangan jalan sendiri-sendiri. Media harus bergabung biar jadi kuat seperti halnya SMSI ini. Juga penting pendidikan bagi anggota. “Harus punya imajinasi dan kreativitas sehingga makin besar value-nya. Jangan seperti kacamata kuda dan jangan putus asa,” pesan Mangku Pastika.

Dikatakan, wartawan itu kritis, cerdas, matanya terbuka untuk melihat, kupingnya terbuka mendengar. “Dan ini sangat membantu saya, karena saya tak mungkin menjangkau sendirian,” ujarnya.

Pers tambah Mangku Pastika harus bebas sebab kalau sudah dikooptasi jadi tumpul juga, meski mata terbuka tetapi tidak melihat dan telinga tidak mendengar. Pers merupakan perpanjangan telinga dan kecerdasan. Ini transformasi yang luar biasa dan akan sangat memudahkan.

Terkait kekuasaan, menurutnya harus dikendalikan dan kontrol power yang efektif itu adalah media. Sebab kekuasaan yang berlama lama cenderung korup. “Saya ngerti kultur orang Bali ‘koh ngomong’. Makanya saya buat simakrama termasuk PB3AS (Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja). Sehingga bisa lebih efektif dan demokratis. Ini sejalan dengan cita- cita reformasi. Saya sangat hargai kebebasan. Kalau tidak bebas, dia akan terpasung, terjajah dan jadi bodoh. Ada teori hegemoni, sengaja dibikin bodoh, miskin agar gampang diatur,” tambahnya.

Menjawab pertanyaan kenapa tidak maju lagi (sebagai DPD RI), Mangku Pastika dengan santai mengatakan karena faktor usia. “Saya sudah 72 tahun lebih, banyak lupa. Karena saya ingin beri kesempatan kepada yang muda. Saya juga melihat DPD tidak punya kewenangan apa-apa, anggota DPD hanya sebatas memberi rekomendasi,” ujarnya.

Sebelumnya Ketua SMSI Bali Edo mengatakan wadah ini sudah terdaftar resmi di Dewan Pers. Pada kesempatan itu ia menyampaikan kalau SMSI belum memiliki tempat untuk sekretariat. (bas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *