Perlindungan Hak Cipta: Edukasi dan Inspirasi dari “Save Your Song”
(Dutabalinews.com), Kemarin malam, suasana di Rumah Tanjung Bungkak (RTB), Denpasar, Bali, bergema dengan semaraknya acara “Save Your Song”. Acara yang digelar oleh Pragita Prabawa Pustaka berhasil menyedot perhatian lebih dari 100 pengunjung yang hadir untuk larut dalam musik dan presentasi yang disajikan.
Malam itu dipenuhi dengan penampilan musisi handal seperti Wallaby Project, Soul n Kith, dan ditutup dengan pesona kharismatik dari Galiju. Penampilan mereka berhasil menghidupkan atmosfir acara, memberikan pengalaman tak terlupakan bagi para pengunjung yang hadir.
Bimas Nurcahya, Owner dari Pragita Prabawa Pustaka, menjelaskan bahwa Bali memiliki banyak musisi berbakat, namun seringkali mengalami miskomunikasi terkait hak cipta ketika berkolaborasi dengan pihak eksternal. “Miskomunikasi ini tentunya merugikan para komposer di Bali. Maka dari itu, acara “Save Your Song” ini diselenggarakan sebagai momen edukasi bagi para musisi, khususnya para komposer, tentang hak cipta dan lisensi musik,” ujar Bimas.
Acara ini juga menawarkan konsultasi gratis kepada para pelaku musik di Bali mengenai distribusi karya mereka dan perlindungan hak cipta lagu. Rumah Tanjung Bungkak sebagai tuan rumah acara ini, bersama dengan Antida Music Productions, memastikan segala hal teknis dan produksional dari tata letak panggung hingga sound system dan lighting berjalan dengan lancar.
Meidi Ferialdi, Chief of Licencing & Copyright Officer Wahana Musik Indonesia (WAMI), menyoroti pentingnya perlindungan hak cipta di era digital saat ini, yang semakin maju oleh para pelakunya, terutama musisi dan komposer. WAMI bertekad membantu para pencipta lagu untuk mendapatkan hak ekonomi yang seharusnya dari karya-karya mereka, baik di dalam maupun di luar Indonesia.
“WAMI sendiri merupakan sebuah Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) yang bertugas untuk mengelola karya cipta dari komposer lagu atau musik milik anggotanya, dengan fokus pada pengelolaan hak komposer dari sisi performing rights, atau ketika karya tersebut dibawakan dalam sebuah pertunjukan,” jelas Meidi Ferialdi.
Lebih lanjut, ia menambahkan, “Bali merupakan salah satu gudangnya seniman. Sebagai gudangnya seniman, Bali juga jendela Indonesia untuk internasional. Di sini kami bersama-sama ingin mengedukasi musisi untuk memproteksi karya mereka sendiri. Lalu kami juga ingin merangkul para komposer dan juga musisi untuk mengungkapkan pandangannya perihal isu tersebut. Untuk musisinya akan diwakili salah satunya oleh Gede Robi (Navicula).”
Sementara itu, musisi asal Bali, Gede Robi Navicula, menekankan bahwa industri musik di Bali sangat bergairah, dengan banyak karya dan band-band baru bermunculan. “Masyarakat Bali mengalir darah seni,” katanya.
Menurutnya, ekosistem ini perlu dipelihara dan dibentuk sebuah lembaga yang dapat mengurusi dan memfasilitasi para pencipta lagu untuk mendaftarkan karyanya.
“Negara harus hadir dan membentuk lembaga untuk memperhatikan musik. Ini bekerja sama dengan swasta dan melakukan sosialisasi yang masif. Mungkin dibawah naungan Kemenparekraf. Terserah mereka (pemerintah – red),” kata Robi.