Pendidikan & Olahraga

Dr. Wenten Aryasuda: Sistem Zonasi Ancam Sekolah Swasta Tak Dapat Murid

(Dutabalinews.com),Pemberlakuan sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ini dinilai bisa memberatkan peluang sekolah swasta mendapatkan murid.

“Pasalnya sistem zonasi sekarang ini porsinya sangat besar sampai 90 persen. Bagi sekolah swasta yang berdekatan dengan sekolah negeri, kondisi ini akan menyulitkan,” ujar Ketua PGRI Bali Dr. Gede Wenten Aryasuda,MPd. saat ditanya soal PPDB di sela-sela Gebyar Budaya SMP PGRI 2 Denpasar, Jumat (10/5/2019).

Dr. Wenten Aryasuda yang juga Kepala SMP PGRI 2 Denpasar ini mengatakan bagi kawasan yang padat penduduknya, sistem zonasi tak begitu menjadi masalah. Sekolah swasta masih bisa mendapatkan murid karena jumlah calon siswa banyak.

Tapi bagi sekolah swasta di daerah-daerah yang penduduknya sedikit, sebagian besar calon siswa akan mengutamakan ke sekolah negeri. “Kalau jumlah calon siswanya terbatas, kondisi ini jelas akan sangat menyulitkan sekolah swasta dapat murid,” tambah Wenten.

Untuk itu, ia berharap pemerintah juga memperhatikan hal ini sehingga sekolah swasta juga bisa tumbuh. Dikatakan tantangan sekolah swasta sebenarnya bukan semata faktor kualitas. Sebab swasta juga terus berbenah meningkatkan profesionalismenya baik SDM maupun fasilitas dan proses belajar-mengajar.

“Kalau soal kualitas, swasta bisa bersaing,” tambahnya. Untuk itu, ia berharap kebijakan di bidang pendidikan ini agar juga memperhatikan dan membantu perkembangan swasta agar lebih bertumbuh. Menurut Wenten, perlu ada school mapping sehingga sekolah swasta juga bisa jalan.

Terkait kepastian pelaksanaan PPDB tahun ini, Wenten mengaku belum mengetahui secara pasti waktunya. Namun calon siswa diminta siap-siap agar jangan sampai terlambat daftarnya. Sebab penerimaan akan menggunakan sistem online. “Saya kira Juni ini, cuma tanggal pastinya belum tahu,” jelasnya.

Di SMP PGRI 2 Denpasar, Wenten menegaskan sesuai ketentuan tahun lalu hanya bisa menerima 450 siswa dari 900 yang daftar 900. Pasalnya jumlah siswa dalam satu kelas saat itu dibatasi yakno 36 siswa. Sekarang dengan dengan sistem pembelajaran berbasis IT, sehingga tak masalah kalau dalam satu ruang kelas bisa sampai di atas 40 siswa. (bas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *