Kecil, Kunjungan Wisatawan MICE ke Bali
(Dutabalinews.com),Wisatawan MICE yang datang ke Bali masih sedikit. Hal ini disebabkan belum tergarapnya potensi ini secara baik.
“MICE ini yang perlu diintensifkan lagi untuk menaikkan kunjungan. Apalagi pengeluaran mereka sangat tinggi,” ujar Kepala KPw Provinsi Bali Trisno Nugroho, Jumat (20/2019) di sela-sela diskusi “Akselerasi Pembentukan Bali Convention Bureau untuk Mendorong MICE dan Events Internasional di Bali” di Kantor BI Denpasar.
Di sisi lain tambah Trisno, Bali memiliki fasilitas yang lengkap untuk menyelenggarakan MICE. “SDM dan pendukung lainnya seperti destinasi juga bagus. Sekarang tinggal kita fokus saja ke arah itu,” tambah Trisno.
MICE ini juga sangat strategis dari sisi bisnis. Sebab dibandingkan leisure, jauh lebih baik revenue-nya. “Pengeluaran wisatawan MICE ini tiga kali lebih tinggi dibandingkan turis leisure. Jadi kalau ini bisa digarap dengan optimal akan lebih baik hasilnya,” ujar Trisno.
Namun untuk menggarap MICE perlu semacam wadah khusus, sebuah biro sehingga bisa maksimal bekerja. Sebab negara atau daerah pesaing sangat banyak.
Menurut pengamatan Trisno, wisatawan MICE umumnya datang dalam jumlah besar. Mereka juga berpotensi untuk berubah menjadi wisatawan biasa (leisure) sebelum dan sesudah melakukan konvensi. Hal itu yang menyebabkan tingkat pengeluaran wisatawan MICE jauh lebih besar dibandingkan wisatawan biasa.
Hal senada disampaikan praktisi pariwisata yang juga owner Segara Village Sanur IB Ngurah Wijaya. Menurutnya wisatawan MICE sangat sedikit karena tidak fokus menggarapnya. “Padahal di Bali fasilitasnya semua ada. Bali punya keunggulan yang tiada duanya. Tapi karena bidding sedikit, maka hasilnya juga kecil,” jelasnya.
Sementara Nur Fatonah selaku Asdep PWAB Kemenpar RI mengatakan negara pesaing yang memperebutkan wisata MICE ini cukup banyak. Kalau Indonesia, pesaingnya Thailand dan Singapura. Bali sendiri juga ada seperti Yogyakarta.
Dikatakan Nur, kontribusi revenue MICE hampir 25 persen. Karena itu MICE ini jadi program prioritas nasional. “Devisa terbesar ada di MiCE. Pasarnya juga banyak. Selain pemerintah, organisasi hingga ormas, dll.,” tegas Nur.
Dalam diskusi yang berlangsung cukup lama itu juga hadir Plt. Kadisparda Bali Putu Astawa, Ketua GIPPI Bali IB Agung Partha Adnyana serta pelaku pariwisata lainnya. Juga hadir Christina L. Rudatin dari
Tim Percepatan MICE Kemenpar RI dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. (bas)