Indonesia Peringkat Enam Dunia Penyandang Diabetes
(Dutabalinews.com),Indonesia saat ini menghadapi situasi ancaman diabetes. Namun sayangnya tak semua terdeteksi, banyak yang tidak tahu kalau dirinya terkena diabetes.
International Diabetes
Federation (IDF) Atlas 2017 menyebutkan epidemi diabetes di Indonesia masih
menunjukkan kecenderungan meningkat. “Indonesia merupakan negara peringkat keenam di
dunia, dengan jumlah penyandang diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang,” ujar Prof. Budi Hidayat,SKM, MPPM.,Ph.D. yang membawakan materi “The Burden of Diabetes From Cost Perspective” dalam acara “Indonesia Health Economic Association (InaHEA) di BNDCC Nusa Dua, Rabu (6/11/2019).
Ditambahkan, diabetes adalah salah satu penyakit dengan biaya ekonomi terbesar. Ini terlihat dari
pengeluaran BPJS untuk menangani pasien diabetes yang sudah mengalami komplikasi seperti penyakit jantung, gagal ginjal (hemodialisa) sampai luka diabetes.
“Pencegahan komplikasi adalah salah satu strategi terpenting dalam mengurangi beban biaya ekonomi akibat diabetes,” jelas Prof. Budi Hidayat. Maka dari itu dibutuhkan terobosan untuk mencegahnya. Dijelaskan bagi yang sudah terkena diabetes bisa dicegah agar tak komplikasi seperti dengan pemberian insulin.
Sementara itu Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD – KEMD yang tampil sebagai pembicara dengan materi “How to Reduce Diabetes With Complication” mengingatkan agar ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan di atas 4kg waspada. Sebab ada kemungkinan sang ibu menderita diabetes.
Prof. Dr. Ketut Suastika
“Bisa terjadi kemungkinan bayi itu menjadi besar (berat) karena saat dalam kandungan mendapat asupan gula berlebihan dari si ibu yang diabetes,” ujar mantan Rektor Unud ini. Dikatakan sesungguhnya pangkal munculnya diabetes selain karena faktor genetik juga lebih dominan akibat gaya hidup seperti pola makan.
“Sekarang ini umumnya penduduk perkotaan inginnya yang praktis. Karena ekonominya mampu sehingga makannya juga banyak. Makanan yang dikonsumsi banyak lemak, gula dan garam tanpa diimbangi sayuran yang cukup serta aktivitas seperti olahraga,” ujarnya.
Jadi energi yang masuk tak seimbang dengan yang keluar. Yang tak keluar ini tersisa dalam tumbuh yang kemudian menjadi obesitas. “Jadi obesitas ini yang kemudian memicu munculnya diabetes,” jelasnya. Jadi bukan karena makan gula lantas diabetes. Namun konsumsi gula yang berlebihan ini yang akan memicu naiknya kadar gula pada penderita diabetes.
Menurut Prof. Suastika seluruh makanan berkarbohidrat mengandung gula. Kalau tidak terpakai maka akan mengendap di dalam tubuh. Di sisi lain, Prof. Suastika mengingatkan kalau diabetes bukan penyebab kematian. Tapi diabetes ini kerap menimbulkan komplikasi seperti penyakit jantung dan ginjal. Penyakit kronis tersebut yang menyebabkan kamatian.
Menurut Prof. Suastika diabetes awal tak jelas gejalanya. Saat ini diabetes lebih banyak terjadi pada orang dewasa. Bahkan yang masih berumur muda sudah terkena. Ini karena pengaruh dari obesitas itu. InaHEA yang berlangsung tiga hari hingga tanggal 8 November membahas isu-isu seputar beban ekonomi kesehatan termasuk diabetes. (bas)