Mentan: Majukan Pertanian Perlu Intervensi Teknologi
(Dutabalinews.com),Untuk memajukan pertanian perlu ada intervensi teknologi. Dengan teknologi selain produksi meningkat juga kualitasnya bisa lebih baik.
“Untuk itu harus disiapkan dari hulu ke hilir. Siapkan bibit yang baik, petik yang bagus, olah dengan baik lalu kita ekspor,” ujar Menteri Pertanian RI Dr. H. Syahrul Yasin Limpo,S.H.,MSi.,M.H. saat menghadiri
Penandatanganan ekspor beras organik dari Bali ke Australia antara PT Bali Sri Organik dengan Big Almond Tree dan
Penandatanganan nota kesepahaman komitmen mendorong pertanian, peternakan dan perkebunan, Sabtu (4/1/2020) di Rumah Jabatan Gubernur Bali. Pada acara tersebut juga dihadiri anggota DPD RI Made Mangku Pastika yang juga mantan Gubernur Bali.
Yasin Limpo mengaku optimis pertanian Bali akan bisa maju. Apalagi Bali punya brading yang luar biasa. Mentan juga memuji program Gubernur Bali Wayan Koster dalam memajukan sektor pertanian dan siap mendukung. Dikatakan Yasin Limpo, pertanian adalah pilar bangsa dan menjadi kebutuhan. Tak ada orang yang tak butuh makan, sayur, buah dan daging.
“Pertanian itu membuka lapangan kerja yang begitu besar dan tempat menjadi kaya kalau berkembang. Sepanjang mekanisme pertanian itu jalan, maka tak ada istilah gagal,” jelas mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu. Mentan menegaskan Indonesia harus ekspor. Impor memang tidak haram, tapi ini merusak harga diri.
Sementara Gubernur Wayan Koster mengatakan salah satu prioritas pembangunan Bali adalah bidang pangan karena hal ini menyangkut kehidupan masyarakat agar menjadi lebih baik. Dikatakan Bali kaya dengan komoditas pertanian seperti salak Bali, sapi Bali, jeruk Bali, kopi Bali termasuk anjing Bali. “Tapi sayangnya hal ini belum diberdayakan secara optimal sehingga belum memberi nilai tambah yang signifikan kepada masyarakat,” ujarnya.
Kontribusi pertanian baru 14 persen, sedangkan NTP (Nilai Tukar Petani) 107 persen. Padahal makin tinggi NTP, maka kehidupan petani akan makin sejahtera. Untuk itu Bali akan mengembangkan komoditas ekspor yang punya ‘branding’ bagus seperti manggis. Saat ini Bali bisa ekspor manggis 4 ribu ton/tahun. Padahal permintaan Cina akan manggis Bali sampai 9 ribu ton. Bali kini juga ekspor beras organik.
Menurut Koster, selain ekspor komoditi, Bali juga perlu industri olahan hasil pertanian sehingga bisa memberi nilai tambah sekaligus menghindari produk jangan sampai terbuang. Di sisi lain Koster menjelaskan keinginannya menjadikan pertanian di Bali organik yang bisa meningkatkan nilai jual serta menjaga alam Bali jadi bersih sekaligus mengurangi pencemaran.
Untuk memajukan pertanian juga dibutuhkan teknologi yang bisa meningkatkan produksi dan kualitas. Karena itu pihaknya sudah membentuk Badan Riset dan Teknologi untuk mendukungnya.
“Pertanian ini memegang peranan penting karena 60 persen masyarakat Bali
hidup dari sektor ini,” jelasnya. (bas)