Trisno Nugroho: Pasar Gotong Royong Tingkatkan Penyerapan Produk UMKM Lokal
(Dutabalinews.com),Terhentinya aktivitas pariwisata selama triwulan II 2020 serta adanya pembatasan kegiatan menyebabkan pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II 2020 mengalami kontraksi yang lebih dalam, yakni sebesar -10,98% (yoy).
Pada Agustus 2020, Bali juga kembali mengalami deflasi. Penurunan harga sebagian besar disebabkan oleh berlanjutnya penurunan harga pada komoditas daging ras, angkutan udara, sekolah dasar, bawang merah, dan pisang.
Menghadapi fenomena tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali bersinergi dengan Pemerintah Provinsi Bali, Dekranasda Provinsi Bali, dan PT. BPD Bali kembali menggelar pasar gotong royong.
“Selain untuk menjaga stabilitas harga menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, pasar gotong royong ini juga bertujuan untuk meningkatkan penyerapan produk UMKM lokal,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho, Jumat (11/9) di sela-sela kegiatan Pasar Gotong Royong.
Langkah tersebut sejalan dengan instruksi Gubernur melalui Surat Edaran Nomor 15036 Tahun 2020 bagi instansi vertikal maupun lembaga terkait, untuk dapat menyediakan tempat bagi UMKM khususnya yang bergerak di bidang komoditi pangan hingga kerajinan.
Diharapkan dengan adanya kegiatan yang dilaksanakan secara rutin, aktivitas ekonomi baik penjualan maupun konsumsi masyarakat dapat terus berjalan, sehingga kesejahteraan akan tetap terjaga.
Pasar Gotong Royong ini digelar selama tiga hari dari 11 hingga 13 September 2020 di lapangan Bajra Sandhi yang terletak di depan kantor Gubernur Provinsi Bali. Sebanyak 24 UMKM binaan KPwBI Provinsi Bali, Dekranasda Provinsi Bali, Bank Mandiri, BNI, BRI dan BPD Bali ikut ambil bagian pada pasar gotong royong itu.
Produk yang diperjualbelikan meliputi hasil pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, kerajinan, tenun, dan alat-alat persembahyangan. Animo masyarakat cukup tinggi. “Meskipun jumlah pengunjung dibatasi, hari pertama pasar gotong royong telah mencatat total penjualan sebesar Rp132.490.000,” ujar Trisno.
Mengingat dilaksanakan di masa pandemi Covid-19, kegiatan tetap mengutamakan protokol kesehatan. Seluruh penjual menggunakan masker dan face shield. Transaksi jual beli dilakukan secara non tunai dengan menggunakan QRIS (Quick Response Indonesian Standard).
Di beberapa sudut, terlihat tempat mencuci tangan yang disediakan untuk pengunjung. Pengunjung tentu saja wajib menggunakan masker.
Ke depan, KPwBI Provinsi Bali mengharapkan program-program pengembangan produk lokal dapat terus dikembangkan, seperti mendorong lebih banyak petani tradisional dan UMKM yang terhubung dengan marketpace dan teknologi digital.
Selain itu, KPwBI Provinsi Bali juga mendorong peningkatan bansos pangan menggunakan produk lokal, mendorong lebih banyak penggunaan produk lokal di industri akmamin, mendorong kerja sama antar daerah serta mendorong internalisasi gerakan cinta produk lokal bagi masyarakat Bali. Ngiring angge produk Bali. UMKM Pulih, Bali Bangkit. (ist)