Ekonomi & Bisnis

Teknologi Tumbuhkan Rasa Percaya Masyarakat pada Asuransi

(Dutabalinews.com), Dalam berasuransi, masyarakat kerap dihantui oleh kekhawatiran akan proses yang berbelit-belit, apalagi terkait pembayaran klaim. Hal ini seringkali menjadi penghambat bagi seseorang untuk membeli asuransi. Padahal, asuransi seharusnya adalah industri yang berbasis rasa percaya (trust), sebagaimana dikatakan oleh Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara baru-baru ini. Namun, pandemi COVID-19 telah membuktikan bahwa adopsi teknologi merupakan jawaban kunci yang dapat menembus segala hambatan dalam industri asuransi dan meningkatkan rasa percaya masyarakat.

CEO dan Founder perusahaan insurtech tanah air PasarPolis, Cleosent Randing menjelaskan bahwa ada tiga masalah utama yang selama ini membuat masyarakat ragu dalam membeli asuransi. Ketiga masalah tersebut yaitu rumitnya akses menuju produk asuransi, proses klaim yang kurang efisien, dan premi asuransi yang tidak terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah, padahal mereka merupakan kelompok yang paling rentan dan paling membutuhkan proteksi.

“Masalah yang pertama dan kedua harus dipecahkan melalui proses administrasi yang mudah, mulai dari registrasi dan pembelian hingga klaim. Kedua kendala ini dapat diatasi dengan pemanfaatan teknologi, di mana masyarakat dapat menyelesaikan semua prosesnya hanya dalam genggaman di gadget mereka masing-masing. Begitu pula dengan kendala yang ketiga, ekosistem digital yang diciptakan oleh insurtech memungkinkan kehadiran produk-produk asuransi yang murah dan dekat dengan kebutuhan sehari-hari,” jelas Cleosent.

Menurut dirinya, jika Industri asuransi berfokus dalam menemukan solusi dari ketiga permasalahan tersebut dan memaksimalkan potensi besar teknologi dalam prosesnya, maka penetrasi asuransi di Indonesia dapat diakselerasi dan diperluas jangkauannya hingga ke semua lapisan masyarakat.

PasarPolis sendiri telah membuktikan dampak positif teknologi terutama dalam menjangkau masyarakat bahkan hingga ke lapisan yang sebelumnya sulit mengakses layanan keuangan formal. Selama tahun 2019 lalu, PasarPolis menerbitkan lebih dari 650.000.000 polis untuk masyarakat yang sebelumnya tidak terjangkau oleh layanan asuransi, seperti pengemudi ojek online, kurir pengiriman barang, dan pelaku UMKM online, yang juga merupakan lebih dari 40% pelanggan PasarPolis.

Tidak hanya sebagai konsumen, PasarPolis juga melibatkan para pengemudi ojek online dan pekerja sektor informal lainnya sebagai agen PasarPolis. “Selama masa pandemi ini banyak orang kehilangan sumber penghasilan dan mencari alternatif peluang lain. PasarPolis mencoba membantu mereka dengan menawarkan peluang sebagai agen PasarPolis. Dengan menjadi agen, mereka dapat memahami lebih dalam mengenai pentingnya asuransi. Sambutannya pun luar biasa, di mana sejak peluang ini kami buka di Mei 2020 lalu, sudah ada lebih dari 15.000 orang yang bergabung dan mereka datang dari berbagai latar belakang. Bayangkan ketika 15.000 orang ini menjadi jembatan menuju lebih banyak kelompok masyarakat lainnya yang sebelumnya sulit terjangkau, maka dampak positif dari perlindungan yang diciptakan pun akan lebih luas lagi,” ujar Cleosent.

Bagi Cleosent, catatan positif ini menunjukkan peran pandemi dalam mendorong pengadopsian teknologi di industri asuransi. “Pandemi COVID-19 yang telah menjadi ‘Chief Digital Officer’ terbaik karena mampu mendorong hampir semua sektor dari offline menjadi digital. Selain itu, pandemi juga turut meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan asuransi. Situasi ini merupakan saat yang tepat untuk menumbuhkan rasa percaya maasyarakat terhadap industri asuransi. Teknologi pun telah membuktikan dirinya sebagai solusi kunci dalam mewujudkan hal tersebut dengan memungkinkan akses yang lebih mudah, proses lebih cepat dan efisien, serta harga premi lebih terjangkau,” tutup Cleo. (ist)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *