Ekonomi & Bisnis

Mengatasi Angkutan Umum yang Terpuruk, Ini Kata Prof. Alit Suthanaya

(Dutabalinews.com),Pengamat transportasi yang juga dosen Fakultas Teknik Unud Prof. Putu Alit Suthanaya mengatakan  peningkatan penggunaan kendaraan bermotor pribadi belum diimbangi penambahan jaringan jalan baru yang menyebabkan pergerakan melampaui kapasitas.

“Mengantisipasi hal itu, ada dua cara yakni antara memperlebar jalan atau membangun jalan baru dan lewat pengembangan angkutan umum seperti Trans Metro Dewata saat ini,” terangnya, Senin (23/5) di Denpasar.

Dalam kenyataannya, kondisi angkutan umum masih dirasakan sangat terpuruk. Padahal keberadaan angkutan umum merupakan salah satu solusi mengatasi kian padatnya lalu lintas. “Bisa kita lihat di kota-kota negara maju tidak bisa survive dari permasalahan kemacetan lalu lintas tanpa memiliki sistem angkutan umum yang handal,” ujarnya.

Ketika angkutan umum mengalami keterpurukan dari waktu ke waktu, maka diperlukan kehadiran pemerintah untuk menyelamatkannya. Tidak akan ada operator swasta yang bisa bertahan mengoperasikan angkutan umum dalam kondisi seperti sekarang ini.

Beroperasinya angkutan umum Trans Metro Dewata merupakan perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam upaya untuk menyediakan layanan angkutan umum perkotaan sesuai amanat Pasal 139 UU 22 Tahun 2009 tentang  Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

“Disini disebutkan pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum. Operasional angkutan umum dalam kondisi saat ini membutuhkan subsidi dari pemerintah,” jelasnya sembari menyampaikan, di saat pemerintah daerah tidak mampu memberikan subsidi, kemudian pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) hadir memberikan subsidi tersebut.

Sehingga perlu dipahami bersama bahwa keberadaan angkutan umum Trans Metro Dewata adalah dalam rangka memenuhi amanat UU 22 Tahun 2009 tersebut. “Sementara dilihat dalam operasionalnya, jumlah penggunanya belum sesuai harapan. Memang diperlukan sebuah proses yang cukup panjang hingga akhirnya nanti operasional angkutan umum Trans Metro Dewata bisa menarik minat masyarakat,” terangnya.

Prof. Alit Suthanaya juga mengatakan kalau dilihat dari tahapan saat ini baru sebatas upaya awal penyediaan angkutan umum. Sehingga diperlukan tahapan lanjutannya seperti pengembangan jaringan trayek, dan pemberian prioritas terhadap angkutan umum itu sendiri.

Memang saat ini penggunaan kendaraan bermotor pribadi cukup tinggi dan terus meningkat. Oleh karenanya sulit untuk mengharapkan masyarakat mau berpindah moda.  “Namun justru di kota-kota negara maju yang tingkat perekonomian masyarakatnya lebih tinggi pengguna angkutan umumnya sangat banyak. Itu dikarenakan layanan angkutan umumnya nyaman, aman, tepat waktu, dan menjangkau seluruh pelosok kota,” tambahnya.

Selain itu, kepemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi dibatasi dengan berbagai skema, antara lain biaya kepemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi yang mahal, pembatasan waktu, ruang dan biaya parkir, electronic road pricing (ERP), dan berbagai skema lainnya.

“Seperti dibuat kendaraan pribadi harganya mahal. Jadi hanya orang tertentu saja yang bisa memiliki. Hal tersebut sudah dilakukan oleh negara maju yang bertujuan juga untuk mengatasi kemacetan yang dikarenakan tingginya penggunaan kendaraan pribadi,” ujarnya.

Alit Suthanaya juga melihat route trayek yang dirasakan masih jauh dari memadai untuk dapat menjangkau seluruh kebutuhan pergerakan masyarakat. Untuk mendukung angkutan umum tentu diperlukan banyak jaringan trayek utama yang kemudian dilengkapi dengan jaringan trayek cabang dan ranting dengan moda kendaraan yang lebih kecil.

“Sehingga kemanapun tujuan pergerakan masyarakat terutama untuk pergerakan bekerja, bersekolah, berbelanja dan rekreasi dapat terlayani oleh angkutan umum,” tambahnya. Dikatakan terkait titik henti atau halte harus bisa dibuat senyaman mungkin dengan tujuan agar masyarakat ketika menunggu angkutan umum datang bisa betah menunggu, walau waktunya sedikit agak lama.

Untuk dapat menarik minat masyarakat menggunakan angkutan umum perlu menerapkan kebijakan Pull Strategy, antara lain dengan melanjutkan pengembangan angkutan umum ke tahap berikutnya (perbaikan kualitas, jangkauan, integrasi antarmoda, pemberian prioritas pada angkutan umum) dan Push Strategy, antara lain dengan membatasi penggunaan kendaraan bermotor pribadi dengan berbagai skema seperti pengembangan zero pollution area, pembatasan lokasi, waktu dan biaya parkir, road pricing, serta skema lainnya.(Sus) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *