Rapat Kasus Penggembokan Pura Kawitan Pratisentana Shri Nararya Kreshna Kepakisan, Pasemetonan Tetap Pertahankan Kepemilikan Pura
(Dutabalinews.com),Puluhan Panglingsir Pasemetonan Pratisentana Shri Nararya Kreshna Kepakisan (PSNKK) kembali menggelar rapat terkait kisruh yang terjadi di Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan di Banjar Dukuh, Gelgel Klungkung.
Rapat Sabtu (11/6) di Puri Selukat Keramas Gianyar yang berlangsung cukup lama pada intinya masih berharap kondisi di Pura bisa kembali pulih seperti semula dan tetap terjaganya hubungan yang harmonis antarpasemetonan.
“Rapat memutuskan agar tetap menyatukan pasemetonan. Bila mediasi tak terlaksana, kita tetap mohon kepada pasemetonan tetap memberi dukungan fanatismenya,” ujar Ketum PSNKK IGAN Sudarsana didampingi sejumlah panglingsir di antaranya IGA Jaya Rat, IGA Mayun Eman serta panglingsir lainnya.
Rapat juga memutuskan agar berbagai informasi melalui satu pintu dan tidak berjalan sendiri-sendiri seperti di medsos. “Jadi bila pasemetonan ada klarifikasi agar langsung ke kami secara pribadi. Jangan merasa takut menyampaikan masukan, silakan diskusikan agar info yang ada jadi benar dan akurat,” tambahnya.
Namun bila tidak ada solusi, kemungkinan kasus ini bergulir ke tanah hukum mengingat adanya sejumlah pelanggaran yang terjadi. “Penggembokan pintu masuk pura selain melanggar hukum juga HAM,” ujar Panglingsir PSNKK I Gusti Agung Jaya Rat yang akrab disapa Gung Long.
Ditanya kemungkinan langkah hukum, IGAN Sudarsana yang didampingi Ketua Bidang Sosial, Politik dan Hukum Ketut Ngastawa menegaskan hal itu bisa menjadi salah satu opsi bila tidak dicapai kesepakatan. “Dari pertimbangan pasemetonan, kita tetap mengutamakan cara-cara persuasif agar masalah ini bisa terselesaikan dengan baik,” ujar Ngastawa.
Pasemetonan PSNKK selama ini sudah bersabar meski dengan adanya sejumlah aksi yang dilakukan kelompok yang mengaku pengempon pura. “Seperti penggembokan pintu masuk pura sehingga Pasemetonan PSNKK tidak bisa sembahyang ke pura. Kasus lainnya, dibuangnya tetaring yang dipasang dalam rangka persiapan pujawali pada Sabtu (18/6) mendatang,” tegas Ngastawa.
Melihat berlarut-larutnya masalah yang terjadi, Sudarsana yang mantan Kadishub Bali ini maupun Ngastawa berharap pemerintah segera turun tangan mencarikan solusi. Apalagi dua pertemuan terakhir pada akhir Mei dan 6 Juni lalu gagal membuahkan hasil. “Semoga pertemuan nanti pada 14 Juni bisa menghasilkan solusi terbaik dan masalah ini bisa selesai sehingga persembahyangan di pura tanpa hambatan lagi,” ujarnya.
Dari hasil pantauan, saat ini gembok pintu sudah dilepas. Menurut seorang tokoh, pelepasan gembok justru dilakukan klian setempat. “Masalahnya apa hal itu bersifat permanen. Jangan sampai ketika ada pengurus PSNKK yang mau sembahyang, pintu kembali digembok seperti kejadian yang sudah-sudah,” ujar sumber tersebut.
Berlarut-larutnya kasus ini dikhawatirkan bisa menimbulkan gesekan-gesekan. Apalagi diduga ada pihak ketiga yang ikut bermain. Karena itu Ngastawa berharap pihak terkait dalam hal ini pemerintah segera mengambil langkah-langkah untuk mencarikan solusi. Jika tidak ada solusi, maka dikhawatirkan pada saat piodalan yang berlangsung empat hari dan dihadiri ribuan umat bertepatan pada Hari Raya Kuningan bisa terjadi hambatan.
Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan berada di areal satu hektar lebih. Kisruh muncul salah satunya berlatar belakang dugaan adanya penyimpangan anggaran. Sebab pemasukan pura ini dari umat yang sembahyang sangat besar, hingga ratusan juta rupiah. Setelah ada upaya pembenahan dalam rangka transparansi pengelolaan terjadilah masalah ini hingga berbuntut dilakukannya penggembokan pintu masuk pura.
Sebagaimana yang terjadi, puluhan Pasemetonan PSNKK yang hendak sembahyang di Pura Dalem Agung Pura Kawitan Shri Nararya Kreshna Kepakisan, Minggu (5/6) terpaksa melakukannya dari pinggir jalan di luar areal Pura. Hal itu karena seluruh pintu masuk Pura digembok oleh kelompok tertentu yang mengaku sebagai pengempon, pengemong dan penyungsung Pura.
Sejumlah petugas keamanan tampak turun ke lapangan memantau kegiatan yang cukup membuat suasana terlihat menegangkan. Pasalnya karena tak bisa masuk Pura, usai sembahyang, pasemetonan kemudian melakukan aksi (balasan) menggembok seluruh pintu pagar masuk pura. Sehingga di tiap pintu masuk Pura terdapat dua kunci.
“Biar adil kami sebagai pemilik pura juga gembok pintu ini. Kedatangan kami mau sembahyang sekaligus bersih-bersih serangkaian akan digelarnya pujawali di Pura ini pada Sabtu (18/6) mendatang, namun tidak bisa masuk karena seluruh pintu masuk pura digembok,” jelas Perwakilan Prajuru dan Pengurus Pura Gusti Made Putera (Ketua Bidang Pembangunan) didampingi Sekjen Made Legawa, Gusti Agung Ardhana selaku Ketua Yayasan serta Ketut Ngastawa (Ketua Bidang Sosial, Politik dan Hukum). (bas)