Pakan Fermentasi Mampu Tingkatkan Produktivitas Babi Bali
(Dutabalinews.com),Akademisi Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa (FP-Unwar) memperkenalkan teknologi pakan fermentasi dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak babi lokal Bali. Metode fermentasi berdasarkan hasil penelitian akan mampu meningkatkan kualitas pakan, terutama kandungan nutrisinya.
“Induk babi Bali yang diberikan pakan fermentasi mampu meningkatkan jumlah kelahiran anak babi sekitar 9-13 ekor, sedangkan yang tidak diberikan sekitar 5-9 ekor, sehingga dengan meningkatnya jumlah anak babi yang lahir maka secara ekonomi pendapatan mitra meningkat,” kata Ketua Tim Pengabdian Masyarakat FP-Unwar Ir. Yan Tonga, M.P, didampingi anggota tim Ir. I Gede Sutapa, M.P dan Ir.I Ketut Agung Sudewa, M.Si, saat dikonfirmasi Selasa (2/8) di Denpasar.
Menurut pria yang kini juga menjabat sebagai Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Unwar ini, umumnya selama ini para peternak memberikan pakan berupa batang pisang (gedebong), daun-daunan (talas, ketela rambat, ketela pohon) yang dipotong-potong terlebih dahulu lalu direbus dan setelah dingin baru dicampur dedak padi atau jagung. Ternak babi dengan pakan konvensional tersebut biasanya diberikan ke ternak babi sebanyak 2 kali sehari.
Yan Tonga mengungkapkan jika hal ini dilakukan setiap hari dari mencari bahan pakan lalu direbus maka akan menyita waktu yang lama dan biaya yang lebih banyak. Kualitas pakannya juga belum bisa memenuhi standar kebutuhan ternak babi yang dipelihara sehingga hal ini kurang efektif dan efisien serta tingkat produktivitas ternaknya rendah.
“Dengan memberikan sentuhan teknologi pakan yang efektif dan efisien sehingga membuat pakan bisa dibuat seminggu atau sebulan sekali dengan teknologi fermentasi tanpa perlu cari kayu bakar dan merebus pakan setiap hari,” ungkap Yan Tonga.
Ia menyampaikan bahwa teknologi pakan fermentasi ini telah disosialisasikan kepada masyarakat, salah satunya kepada Kelompok Wanita Tani (KWT) Suka Nadi di Desa Pejarakan, Gerokgak, Buleleng. Kelompok yang beranggotakan 28 orang hingga saat ini masih melakukan usaha ternak babi Bali dalam skala kecil/rumah tangga walaupun mengalami tingkat kematian sebesar 25% karena dalam pemeliharaannya masih dengan sistem perkandangan secara diumbar dan pakan seadanya.
Yan Tonga menambahkan beternak babi Bali sangat cocok dipelihara oleh ibu-ibu dalam skala usaha kecil atau rumah tangga karena dianggap sebagai celengan “tatakan banyu” karena dengan pemberian pakan seadanya dan pemanfaatan limbah dapur babi Bali mampu memberikan pertumbuhan berat badan walaupun belum optimal. Saat ini data tingkat kematian (mortalitas) anak-anak babi Bali sebelum disapih diatas 25%. Tingkat mortalitas ini masuk katagori sangat tinggi sehingga akan mengakibatkan tingkat produktivitas babi Bali juga rendah.
Berdasarkan data Peternakan Provinsi Bali tahun 2019, populasi babi Bali di Provinsi Bali selama kurun waktu 3 tahun dari tahun 2017-2019 terjadi penurunan sebesar 27,51% . Populasi Babi Bali pada tahun 2017 mencapai 215.000 ekor, tahun 2018 sekitar 207.000 ekor dan tahun 2019 sebanyak 155.856 ekor. (ist)