Petani Magelang Belajar Padi Organik di BSO Sangeh
(Dutabalinews.com), Petani dari tiga kecamatan di Magelang yakni Kecamatan Sawangan, Bandongan dan Grabag datang khusus ke PT BSO (Bali SRI Organik) Sangeh Badung untuk mempelajari teknik pengembangan padi organik.
Ahmad Saleh dari Gabungan Tani Organik Sawangan (Gatos) mengatakan belasan petani bersama Dinas Pertanian Magelang ingin mengadopsi teknologi Padi Organik yang sudah diterapkan di BSO. “Kita di sini mau belajar untuk nantinya diterapkan di Magelang. Kami melihat apa yang diterapkan BSO sangat bagus,” jelas Saleh di sela-sela palatihan Pertanian Organik di PT BSO Sangeh, Sabtu (14/10).
Pelatihan akan berlangsung dua hari. Di hari pertama, Sabtu (14/10) diberikan langsung Komisaris PT BSO Ir. Ida Bagus Gede Arsana tentang Dasar-dasar Pertanian Organik dan praktisi pertanian Ida Wayan Oka tentang Pupuk Organik. Di hari kedua Minggu (15/10) sesuai agenda pelatihan akan diberikan oleh Prof. Dr. Taryono,MSc. tentang Manajemen Budidaya Organik dan Prof. Junun Sartohadi,MSc. tentang Nutrisi Tanah.
Ahmad Saleh mengatakan padi organik sebenarnya sudah diterapkan sejumlah petani. Namun jumlahnya masih terbatas. “Kita targetkan bisa sampai 2.000 hektar pengembangan padi organik ini,” tambahnya.
Diakui, hasil padi organik ini lebih menguntungkan petani hingga 30 persen. Sebab biaya produksinya lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia. Namun diakui mengalihkan kebiasaan petani konvensional ke organik ini perlu waktu.
Sementara itu Komisaris PT BSO Ir. Ida Bagus Gede Arsana mengatakan Pertanian khususnya di Bali menghadapi sejumlah tantangan di antaranya masih banyak petani yang gunakan pupuk kimia sehingga ini merusak tanah dan lahan pertanian. Alih fungsi lahan juga tinggi hingga 1.000 hektar per tahun. Jumlah petani terus menyusut. Padahal pertanian harus tetap ada.
“Produktivitas sangat menurun, tanah kita ini ibarat orang tua yang giginya mulai habis. Cirinya, tanah keras, padat, tak bisa mengikat air,” jelas jebolan IPB Bogor yang akrab disapa Gusde ini.
Dijelaskan pula agar dalam bercocok tanam, petani menanam apa yang diperlukan konsumen agar tidak sampai rugi. “Jadi apa yang cocok itu ditanam. Jadi perlu dilengkapi survei pasar agar sesuai kebutuhan pasar,” tambahnya.
Diingatkan, agar petani tetap semangat dan merawat tanah dengan baik. Tanah jangan diracun dengan zat kimia, sebab hidup manusia dari sana. “Masak kita minta makan dari tanah, tapi tanahnya diracun dan dirusak. Perlu dipelihara keseimbangan antara manusia, alam dan Tuhan,” ujar Gusde.
Sebagaimana diketahui PT Bali SRI Organik dikenal sebagai produsen beras organik. Selain telah menjalin kerjasama dengan subak, belum lama ini juga melakukan MoUdengan SMK Negeri 2 Denpasar.
Dalam menggandeng petani untuk pengembangan beras organik, PT BSO menyediakan segala kebutuhan saprotan (sarana produksi tanaman). “Petani cukup siapkan lahan, untuk pengolahan tanah kita juga gunakan traktor,” ujar Gusde.
Kehadiran BSO pada intinya membantu membina petani dari bertani secara konvensional yang selama ini menggunakan pupuk kimia agar beralih ke organik. “Sumber bahan baku untuk pupuk organik ini cukup banyak sehingga kalau dikelola akan mampu mengurangi biaya produksi pembelian pupuk kimia. Dengan pupuk organik, struktur tanah menjadi lebih baik selain produk yang dihasilkan menjadi sehat. Dan sudah tentu harga produk organik lebih tinggi dan ini akan mempercepat kesejahteraan petani,” jelas mantan Dirut Bank ini. (bas)