Ekonomi & Bisnis

Mendorong Pertumbuhan Bisnis: Potensi Go Public di Sektor Keuangan Bali

Dengan go public, perusahaan bisa mendapat akses pendanaan di pasar saham. Pendanaan itu dapat digunakan untuk meningkatkan operasional perusahaan, investasi hingga melakukan akuisisi atau pembelian perusahaan lain untuk memperluas bisnisnya.

(Baliekbis.com), Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika, M.M. mengatakan banyak perusahaan daerah di Bali yang berkembang pesat. Agar lebih cepat dan bisa meningkatkan jangkauan bisnis lebih luas perlu ada penambahan modal usaha.

“Salah satu caranya yakni go public untuk memperbesar modal usaha sehingga bisa lebih cepat berkembang dan mampu meningkatkan daya saing,” jelas Mangku Pastika saat Reses di Kantor DPD RI Perwakilan Bali, Renon Denpasar, Kamis (22/2).

Reses mengangkat tema “Inventarisasi Materi Pengawasan atas Pelaksanaan UU No. 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan” menghadirkan narasumber Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia Cabang Denpasar, PT Pegadaian Kantor Wilayah VII Bali Nusra dan Trimegah Sekuritas Indonesia Cabang Bali dipandu Tim Ahli Nyoman Baskara.

Mangku Pastika mengatakan perusahaan untuk go public ini besar peluangnya. Apalagi kalau dilihat uang yang ada sangat banyak. Di Bali pada 2023 dana pihak ketiga (DPK) di bank besar sekali yakni Rp166,67 triliun sedangkan kredit yang disalurkan Rp105,15 triliun.

“Jadi potensi untuk diperdagangkan, (diternakkan) sangat besar. Orang yang bawa duit ke Bali juga sangat banyak karena investasi di sini dianggap aman dan nyaman. Jadi potensi besar ini bisa dimanfaatkan,” jelasnya.

Mantan Gubernur Bali dua periode ini mencontohkan beberapa Bank BPD di Tanah Air seperti Bank Jabar, Bank Jatim dan Bank Banten sudah go public dan menguntungkan.

“Jadi BPD Bali bisa melakukan hal seperti itu karena sudah layak. Juga Jamkrida Bali Mandara sehingga bisa menambah modalnya agar menjangkau layanan yang lebih besar lagi,” harap Mangku Pastika.

Di sisi lain dikatakan, dengan majunya industri jasa keuangan sebagai salah satu opsi menambah lapangan bisnis (penghasilan) maka Bali bisa menambah sumber pendapatannya selain di pariwisata dan pertanian.

Karena itu ke depan, industri jasa keuangan yang ada harus digenjot terus. Bali merupakan tempat yang paling enak berusaha karena selain aman, nyaman dan fasilitasnya lengkap sehingga sekaligus jadi tempat jalan-jalan (wisata).

Keuntungan lain dengan go public-nya perusahaan daerah yang notabene milik masyarakat Bali, akan membuka peluang bagi warga ikut memiliki sebagai pemegang saham. “Jadi gak semua harus ikut-ikut bikin bank atau usaha lain yang belum tentu untung. Dari sisi investasi ini lebih aman dan dijamin untung,” ujar Mangku Pastika.

Menurut Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Bali I Gusti Agus Andiyasa, potensi perusahaan di Bali bisa go public sangat besar. “Secara teori semua perusahaan bisa IPO (Initial Public Offering), masalahnya dia mau atau tidak,” ujarnya.

Saat ini ada beberapa perusahaan dari Bali yang sudah “go public” yang bergerak di bidang perhotelan, telekomunikasi, olahraga dan minuman beralkohol.
Dijelaskan ada 91 perusahaan efek atau anggota bursa yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia dan untuk Bali ada 20. Jumlah investor saham di Bali hingga Januari 2024 tercatat 118.812, tumbuh 2.064 investor baru atau 1,8 persen dari tahun sebelumnya.

Perwakilan PT Pegadaian Kantor Wilayah VII Bali Nusra I Wayan Darmayasa menjelaskan Pegadaian terus bertransformasi sehingga bisa tetap eksis. Saat ini, bisnis Pegadaian bukan hanya gadai barang juga memiliki multi program pengembangan dengan jenis layanan yaitu Pembiayaan Gadai (gadai emas, gadai non-emas, dan gadai kendaraan), Pembiayaan Non-Gadai (pinjaman usaha, cicil kendaraan, gadai sertifikat) dan Aneka Jasa (tabungan emas, multi payment online, remittance) dan turut menyalurkan KUR untuk pengembangan UMKM di Bali. Total omzetnya Rp 5,8 triliun dengan nasabah 500 ribu lebih.

Kurnia Ferdiansyah dari Trimegah Sekuritas Indonesia menjelaskan potensi market Bali sangat besar, namun belum maksimal tergarap. “Banyak yang belum paham sehingga perlu literasi lebih intensif,” jelasnya. (bas)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *