Global

Perjalanan Yumina Oly: Dari Desa Mamijuk ke Taiwan, Kisah Kesuksesan di Balik Ujian TOCFL

Jalan Tuhan Memang tidak bisa diprediksi tetapi pastilah yang terbaik. Itulah yang dirasakan oleh Yumina Oly, gadis 22 tahun asal Desa Mamijuk, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, Kabupaten Sumba Tengah, NTT. Pada 13 April 2024 kemarin Yumina Oly lulus ujian TOCFL Level A-2 dan berhak melanjutkan kuliahnya di Department of Information Management, China University of Technology Taipei – Hsinchu Campus, Taiwan.

(Dutabalinews.com), Tak terbayang perasaan Yumina Oly usai mengikuti ujian TOCFL atau Test of Chinese as a Foreign Language (TOCFL) – semacam test TOEFL untuk Bahasa Inggris. Anak kedua dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan Keba Rada Oly (ayah) dan Oktavina Bangi Roni (ibu), perasaannya kini campur aduk antara senang dan haru.

Begitu menekan tombol “done” pada keyboard komputer, layar monitor menunjukkan score 905, yakni ujian Mendegar 430 poin dan ujian Membaca mendapat 475 poin. Angka 905 itu sudah melewati standar kelulusan 885 poin dan berhak memperoleh sertifikat Bahasa Mandarin Level A-2 sebagai syarat untuk melanjutkan kuliah pada Department of Information Management, China University of Technology Taipei – Hsinchu Campus, selama 4 tahun ke depan. Dari 55 mahasiswa, gabungan Indonesia dan Vietnam, Yumina mendapat ranking ke-25.

Yumina Oly adalah angkatan ketiga sebanyak 10 orang yang dikirim ITB STIKOM Bali pada 30 Oktober 2023 lalu untuk mengikuti Program 1 + 4 International Foundation Program pada China University of Technology Tapei – Hsinchu Campus, Taiwan. Dua orang lagi yang lulus pada ujian pertama 13 April 2024 kemarin adalah Goalbertus Yohanes Labe Leton yeng memperoleh nilai 945 (rangking 17) dan Mohammad Ariel Gibran El Bethan yang memperoleh nilai 900 (rangking 27).

Menurut PIC Mahasiswa Luar Negeri ITB STIKOM Bali Rahman Sabon Nama, dari hasil test TOCFL tersebut, angkatan ketiga ini nilainya sangat baik. “Tiga orang langsung lulus A-2, empat orang lagi memperoleh nilai 840 ke atas meski masih kurang dari standar, dan hanya tiga orang yang nilainya di bawah 800. Tapi saya yakin pada test kedua tanggal 15 Mei bulan depan mereka bisa lulus semua,” kata Rahman Sabon Nama yang baru usai mengunjungi mahasiswanya di Taiwan.

Dari kiri: Yumina Oly, Annisa Natalia Rahman dan Emirensia Uba Lanan di Ximen Walker, Taipei

Kisah menarik adalah tentang Yumina Oly, kelahiran Waihibur, 09 Juli 2002. Begitu tamat dari Jurusan TKJ SMKN 1 Waibakul tahun 2021, Yumi – panggilannya – memutuskan ke Bali mengikuti jejak kakaknya Arianto Guti yang sudah kerja di Denpasar. Sadar dia berasal dari keluarga kurang mampu, tak tanggung-tanggung Yumi bekerja pada dua perusahaan sekaligus. Yakni sebagai admin perusahaan perak dan kasir sebuah toko.
Baru dua bulan kerja, kakaknya Arianto Guti mendapat informasi dari Marthen Rowa Kasedu bahwa ITB STIKOM Bali membuka lowongan untuk mahasiswa kuliah sambil magang di Taiwan.

Berita menarik ini disampaikan Guti kepada adiknya, Yumi. Keduanya tertarik lalu mendatangi Rahman Sabon Nama guna mendapat penjelasan lebih lanjut. Singkat cerita, Yumi mendaftarkan diri sebagai calon peserta dan mulai mengikuti kursus Bahasa Mandarin. Itu dijalani di sela kesibukannya bekerja pada dua perusahaan tersebut.

Setelah visa resident dikeluarkan Kedubes Taiwan (TETO) Surabaya, maka pada 30 Oktober 2023 Yumi bersama sembilan rekannya terbang ke Taiwan untuk mengikuti Program 1+4 International Foundation Program China Unoversity of Technology Taipei – Hsinchu Campus.

Berdasarkan aturan Kementerian Pendidikan Taiwan, tahun pertama para mahasiswa harus mengikuti kuliah Bahasa Mandarin selama 720 jam dan wajib lulis TOCFL Level A-2 sebagai syarat mengikuti kuliah pada tahun kedua selama 4 tahu atau sampai tamat. Untuk tahun pertama tersebut, mereka mengiktu test TOCFL 4 kali. Pada test pertama 13 April kemarin Yumi dan dua rekannya langsung lulus A-2 tadi. Padahal dia sempat merasa kurang “pede” karena tryout terakhir nilainya dibawah 800-an.

“Puji Tuhan saya lulus A-2. Dari hasil belajar keras akhirnya membuahkan hasil. Perasaan saya campur aduk senang dan sedih. Senangkan karena test pertama langsung lulus tapi ada rasa sedih juga karena ada tujuh teman saya belum lulus, saya berdoa semoga mereka semua lulus pada test kedua nanti,” sebut Yumi yang bercita-cita jadi guru ini.

Yumi mengaku juga selama magang di Restoran Ranger di Taipei Main Station (TMS) sangat membantu terutama dalam hal komunikasi berbahasa Mandarin. Meski bolak – balik Taipei ke Hsinchu setiap hari Sabtu dan Minggu tetapi dijalani dengan senang hati demi masa depannya.

Tak lupa Yumi menyampaikan rasa terima kasih kepada Rektor ITB STIKOM Bali Dr. Dadang Hermawan yang telah membuka jalan kepada mahasiswa NTT sehingga bisa mengeyam pendidikan tinggi di luar negeri. “Dari keluarga yang tak punya apa-apa, sekarang sudah enam bulan ada Taiwan. Ini seperti mimpi. Terima kasih Pak Dadang Hermawan dan Pak Rahman atas nasihat dan dorongan selama ini kepada kami bahkan mengunjungi kami di Taiwan,” tutup Yumi. (ist)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *