Transformasi Upacara Tumpek Landep: Dari Senjata hingga Kendaraan Bermotor
(Dutabalinews.com), Hari Raya Tumpek Landep dirayakan setiap 210 hari, tepatnya pada Sabtu Wuku Landep. Landep berarti lancip. Upacara ini ditujukan untuk peralatan yang ujungnya lancip, yang diupacarai dan dimohonkan kepada Sang Hyang Pasupati agar semua alat dan senjata tetap bertuah.
Masyarakat Hindu Bali percaya bahwa peralatan yang dipasupati setiap enam bulan sekali akan tetap tajam dan bertuah bagi kehidupan masyarakat. Inilah keunikan masyarakat Hindu Bali. Ungkapan rasa syukur kepada Hyang Widhi diwujudkan dalam berbagai bentuk upacara.
Apakah filosofi Tumpek Landep saat ini sudah bergeser? Jawabannya tentu tidak.
Saat ini, masyarakat Hindu Bali tidak hanya memasupati senjata atau peralatan yang tajam pada saat Tumpek Landep, tetapi juga mengupacarai kendaraan bermotor.
Yang dipuja saat mengupacarai kendaraan bermotor adalah Sang Hyang Pasupati juga. Masyarakat Hindu Bali mengupacarai kendaraan bermotor agar kendaraan yang dimiliki bertuah dan ketika dikendarai dijauhkan dari kecelakaan.
Hal inilah yang perlu dipahami oleh masyarakat Hindu Bali, terutama generasi muda. Generasi muda seringkali tidak mengetahui apa esensi upacara Tumpek Landep.
Mereka cenderung tidak ingin tahu apa esensi Tumpek Landep. Walaupun informasi tentang upacara Tumpek Landep banyak tersebar di media sosial, minat generasi muda Hindu Bali untuk mencari tahu esensi hari Tumpek Landep dan hari raya besar di Bali masih rendah.
Ini tentu sangat mengkhawatirkan. Untuk menggugah rasa keingintahuan generasi muda, peran orang tua sangat penting dalam memberikan “pencerahan” kepada anak-anak mereka.
Oleh Dr. I Ketut Suar Adnyana, M.Hum
Dosen FKIP Universitas Dwijendra