Upacara Nyenuk Awali Puncak Karya Padudusan Agung di Pura Jagatnatha Denpasar
(Dutabalinews.com), Upacara Nyenuk menjadi pembuka rangkaian puncak Penyineban Karya Padudusan Agung lan Ngenteg Linggih di Pura Agung Jagatnatha Denpasar, Sabtu (23/11). Prosesi dimulai sejak pagi dengan persiapan yang melibatkan iring-iringan Ogoh-Ogoh Panca Dewata dan tradisi Megayot, yaitu mengarak anak-anak yang memasuki masa remaja.
Prosesi ini diiringi alunan musik tradisional seperti Baleganjur, Gong Beri, hingga Semara Pegulingan, yang menyemarakkan perjalanan menuju Pura Desa dan Puseh Desa Adat Denpasar. Upacara ini dipuput oleh Ida Pedanda Gede Ngurah Telaga dari Griya Telaga Tegal Denpasar.
Sekretaris Daerah Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana bersama Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede yang turut hadir jajaran Kepala OPD Pemkot Denpasar, menyampaikan harapan agar rangkaian Karya ini dapat mendatangkan kerahayuan jagat dan energi positif bagi masyarakat.
“Rangkaian upacara Nyenuk dengan harapan kita bersama dalam rangkaian pelaksanaan Karya Padudusan Agung lan Ngenteg Linggih Pura Agung Jagatnatha Denpasar dapat memberikan energi kerahayuan jagat dari Ida Shang Hyang Widhi Wasa,” ujar Sekda Kota Denpasar, Alit Wiradana.
Harapan kita bersama dalam pelaksanaannya, sebagai bentuk sradha bhakti umat untuk memohon tuntunan spiritual, keselamatan, dan keberhasilan dalam menjalankan yadnya sesuai dengan nilai-nilai Tri Hita Karana, yakni keharmonisan antara manusia dengan Tuhan (parahyangan), sesama manusia (pawongan), dan lingkungan alam (palemahan).
“Secara simbolis, upacara ini memperkuat hubungan antara alam sekala (fisik) dan niskala (spiritual) dalam tradisi keagamaan Bali,” ujar Alit Wiradana.
Sementara Kepala Bagian Kesra Setda Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Surya Antara, menjelaskan bahwa upacara ini melibatkan berbagai pihak, termasuk OPD Pemkot Denpasar, kecamatan, desa/kelurahan, serta beberapa banjar. Selain itu, Pasikian Yowana Bali Kota Denpasar turut memeriahkan acara melalui parade ngelawar, sebagai wujud gotong royong dan kebersamaan.
“Dengan rangkaian yang melibatkan tradisi, seni, dan spiritualitas, upacara ini tidak hanya menjadi momentum sakral, tetapi juga ajang melestarikan warisan budaya Bali,” ujarnya. (hms)