“Garis, Warna, dan Ruang”: Tien Hong Menyapa Penikmat Seni Abstrak di Sanur
(Dutabalinews.com), Pameran Tunggal Perupa Tien Hong bertajuk “Garis, Warna, dan Ruang” berlangsung Santrian Art Gallery, Sanur, mulai 19 September hingga 30 Oktober 2025.
Acara yang dibuka Made Jirna dirangkai dengan penyerahan apresiasi oleh Tien Hong kepada Santrian Art Gallery yang diwakili Made ‘Dolar’ Astawa. Tien Hong dalam pameran ini menampilkan 28 karya abstraknya dengan berbagai ukuran dan dikuratori oleh I Made Susanta Dwitanaya.
“Terima kasih Santrian atas kesempatan dan selalu mensupport seniman dengan tulus. Ini pameran tunggal pertama saya di Santrian Art Galery. Sebelumnya sudah beberapa kali bersama Seniman lainnya,” jelasnya.
Pameran dibuka Made Jirna yang dalam sambutannya mengatakan Tien Hong tidak hanya berkarya juga berproses dan punya arti dalam hidup. Made ‘Dolar’ Astawa mengatakan pada pameran ini ditampilkan 28 karya abstrak. “Tien Hong seniman berbakat,” jelas Dolar.
Kurator Made Susanta mengatakan tema Garis, Warna dan Ruang ini mewakili gagasan tian Hong. Sejak awal Tien sudah abstrak, dan terus menggali seni abstrak. Dia sangat dekat dan banyak kegiatannya yang berhubungan dengan alam. Tien menyerap perasaan yang ditemui di alam lalu menjadi garis, ruang dan warna. Dia olah elemen abstrak menjadi harmoni dan keseimbangan.
“Dalam seni rupa disebut formalisme. Karya abstrak mencari kedalaman rasa. Rasa menterjemahkan,” Susanta. Tien Hong, kelahiran 14 Juli 1982, selain menjalani profesi seniman, juga gemar berolahraga serta rutin menjelajah hutan dan gunung di sekitar tempat kelahirannya, Kintamani, Bangli. Bagi alumnus FSRD ISI Denpasar (kini ISI Bali), aktivitas itu bukan untuk mencari bentuk visual langsung dari alam, melainkan sebagai cara menyegarkan diri dari rutinitas berkarya studio.
“Saya suka pergi ke hutan, gunung, atau lembah bukan untuk melukis di sana, tetapi untuk mencari suasana baru,” kata Tien Hong. Bagi Tien Hong, karya abstrak adalah jiwa dan napas, sebagaimana ketika menyusuri sungai, pantai, atau menjumpai keheningan alam.
Kurator I Made Susanta menjelaskan kanvas Tien Hong bukan menghadirkan objek, melainkan resonansi perasaan yang lahir dari pengalaman berhadapan dengan lanskap alam yang sublim. “Tien Hong tidak mengambil bentuk alam sebagai inspirasi, melainkan menghadirkan spirit dan kesegaran yang memantik pilihan visual abstrak yang membebaskan dari citra representatif,” ujarnya.
Menurut Susanta, hutan dan gunung bagi Tien Hong adalah ruang pernapasan mental, bukan subjek lukisan. Di katalog pameran ia menulis energi yang dihadirkan pada kanvas muncul dalam pola gestural, sapuan kuas ekspresif, harmoni warna, tekstur berlapis, hingga komposisi ruang yang lahir dari pengalaman batin. Hasilnya adalah karya yang otonom secara visual, sesuai prinsip formalisme, namun tetap menyimpan nuansa atmosferik.
Pemilik Santrian Art Gallery, Ida Bagus Gede Sidharta Putra atau akrab disapa Gusde sebelumnya menyambut baik pameran ini. Kata dia karya Tien Hong bukan sekadar menghadirkan keindahan visual, tetapi juga mengajak penonton masuk ke ruang batin senimannya.
Gusde menyebut Tien Hong menjadikan alam sebagai titik berangkat untuk melahirkan seni abstrak yang berpusat pada harmoni tiga elemen dasar seni rupa yakni garis, warna, dan ruang. “Karya Tien Hong memberi lebih dari sekadar estetika, tetapi juga menghadirkan kesegaran, energi, dan konsepsi harmoni yang relevan dengan kehidupan,” ujarnya. (ist)