Festival Modal Budaya di Tukad Bindu, Rai Mantra: Modal Budaya sebagai Potensi Menjadikan Keunggulan Kompetitif Wilayah

(Dutabalinews.com), Anggota DPD RI Perwakilan Bali I.B. Rai Dharmawijaya Mantra mengatakan
konsep modal budaya merupakan salah satu yang sangat penting dalam pembangunan suatu daerah. Budaya merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks.

“Modal budaya dapat diartikan sebagai aset yang tidak berwujud. Namun memiliki nilai yang sangat besar dalam membentuk identitas dan karakteristik suatu masyarakat. Ini diwariskan dari generasi ke generasi dan mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, adat istiadat, bahasa, dan perilaku,” ujar Rai Mantra saat pembukaan Festival Modal Budaya 2025 di kawasan Tukad Bindu, Kesiman, Denpasar Timur, Sabtu (27/9).

Hadir dalam festival yang berlangsung meriah itu sejumlah tokoh di antaranya Panglingsir Puri Satria Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi (Cok Rat), Panglingsir Puri Kesiman AA Ngurah Gede Kusuma Wardana dan Koordinator Staf Khusus Presiden 2019-2024 AAGN Ari Dwipayana. Juga hadir kartunis Jango Paramarta, ratusan mahasiswa dan warga.

Festival selama dua hari hingga Minggu (28/9) yang diinisiasi Rai Mantra ini mengusung tema: ‘Modal Budaya Memajukan Peradaban’ menyajikan serangkaian kegiatan budaya mulai dari diskusi (workshop), pameran kartun Jango Pramartha, aneka lomba Wimbakara Nyurat Aksara Bali dan Wimbakara Layang-layang Kreasi.

Sedangkan diskusi budaya menghadirkan narasumber Dr. Gek Diah Sesi Sentana, SS,M.Hum.(Akademisi UHN I Gusti Bagus Sugriwa), Kadek Puja Astawa,SE,MH (Konten Kreator – Hai Puja) dan Pande Dwipayana (Konten Kreator – Bli Azril) dengan moderator Gede Adrian Mahaputra (Owner Bali Nggih).

Rai Mantra menjelaskan modal budaya memiliki beberapa unsur yang sangat penting, seperti keyakinan atau ritual, aksara atau literasi, seni, organisasi sosial masyarakat, pendidikan, teknologi, dan sistem ekonomi. “Kita harus anggap ini sebagai potensi yang memang bisa menjadikan keunggulan kompetitif wilayah dan dalam mengantisipasi dampak persaingan global,” jelas mantan Walikota Denpasar dua periode ini.

Melestarikan modal budaya, tambah Rai Mantra, sangat penting untuk dilakukan, terutama dalam menghadapi era globalisasi yang dapat menyebabkan kepunahan budaya lokal. “Kepunahan berarti modalnya asetnya juga hilang, sehingga tidak memiliki sesuatu hal yang memang sifatnya sangat spesifik, diferensiasi berbeda sama yang lainnya dan sulit ditiru,” katanya.

Baca Juga :  ​Ministerial Talk B20 Summit Indonesia 2022, Membangun Peran Lintas Bisnis di Sektor Pariwisata

Untuk itu kata dia, gerakan untuk melestarikan modal budaya perlu dilakukan secara terus-menerus dan melibatkan berbagai pihak. “Tujuannya ini bukan hanya sekedar festival, tapi tujuannya ini adalah untuk memberikan tingkat kesadaran kepada masyarakat, terutama anak-anak muda dalam hal ini, bahwa potensi itu bukan hanya sekedar investasi secara material, tapi potensi itu juga dimiliki secara kultural,” tegas putra Gubernur Bali dua periode (1978-1983 dan 1983-1988), Prof Ida Bagus Mantra.

Sementara itu, Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, AAGN Ari Dwipayana mengapresiasi
Festival Modal Budaya yang digagas IB Rai Dharmawijaya Mantra di Tukad Bindu ini. “Jadi, modal budaya adalah salah satu yang sangat penting di dalam perkembangan kemajuan peradaban. Karena tidak mungkin sebuah bangsa, negara atau masyarakat menjadi bangsa yang besar itu kalau tidak berbasiskan budaya,” ujarnya ditemui saat menghadiri festival ini.

Menurutnya, untuk membuat ini sebuah gerakan, tidak hanya menjadi urusan pemerintah tapi ada satu kolaborasi berbagai pihak. “Jadi hidup dan berkembangnya sebuah budaya itu tidak mungkin hanya diserahkan pada pemerintah atau segelintir orang. Harus kolaborasi. Dan, kolaborasi itu ya ujung tombaknya manusia Bali. Kalau manusia Balinya tidak ingat sama budaya termasuk aksara, bahasa, dan sastranya tentu itu akan bisa menjadi terancam ke depannya,” tegasnya.

“Saya juga mengapresiasi pilihan digelarnya festival ini di Tukad Bindu, Kesiman karena seperti mengajak kembali krama Bali untuk mengingat (eling) dengan sungai (tukad),” ucap tokoh puri yang juga mantan Staf Khusus Presiden RI.

Panitia Festival Ida Bagus Gede Randika menjelaskan diskusi budaya mengangkat tema “Urgensi Revitalisasi Bahasa Bali sebagai Modal Budaya, Peran Pemuda dan Media Digital”. Untuk menambah semarak festival diramaikan aneka kuliner dan pameran kerajinan tangan. “Serangkaian Festival Modal Budaya ini kami juga melaksanakan gerak jalan sehat pagi harinya (Minggu)” kata Randika. (ist)