Amerta Bagikan Sembako Kepada Keluarga Miskin Wayan Sudana

(Dutabalinews.com),Wayan Sudana (70) yang kini sudah menjadi warga masyarakat Kota Denpasar terpaksa diam di rumah karena stroke yang tidak kunjung sembuh sejak tiga tahun lalu. 


Dimana dirinya bersama istri Putu Suartini tinggal menumpang di tanah milik A.A Putu Syahrini yang beralamat di Jalan Buana Raya Padangsambian, Gg. Buana Lestari Ujung, Denpasar Barat. 


Wayan Sudana yang sebelumnya bekerja di DKP Kota Denpasar kini tak bisa bangun dari pembaringan dipan lusuhnya. Kendatipun tergolong masyarakat miskin dan telah mengantongi KTP Denpasar, sayangnya, ia tidak memiliki BPJS. Pasalnya, asli keluarga ini berasal dari Bangli dan menetap di Denpasar kurang lebih 15 tahun silam. 

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, istrinya terpaksa mencari rongsokan di sekitar rumahnya. Selain itu, saat bunga jepun mahal istrinya berkeliling mencari bunga itu untuk dikeringkan yang kemudian dijual sebagai tambahan kebutuhan hidup sehari-hari.

“Anak saya ada satu, umurnya sudah 28 tahun. Kini kerja ke Jawa,” tutur Istri Wayan Sudana, Sabtu (17/10). Menurutnya, untuk merawat kesehatan suaminya, iapun mempercayakannya kepada mantri yang datang ke rumahnya untuk memeriksa suaminya seminggu sekali sembari menambahkan sejauh ini belum ada bantuan dari pemerintah.


Mendengar kondisi kekuarga miskin ini, relawan Amerta yang kemudian menyampaikan kepada Calon Walikota No. Urut 2 Gede Ngurah Ambara Putra yang segera mengunjungi rumah Wayan Sudana dengan ditemani para relawannya menyerahkan bantuan paket sembako berupa beras, telor, susu dan vitamin.


“Bagaimanapun juga, mereka adalah warga Denpasar yang patut kita beri perhatian untuk sekadar bisa bertahan hidup di kondisi Pandemi Covid-19 ini. Paling tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga dalam jangka waktu kurang lebih satu bulan ke depan,” terangnya.


Ngurah Ambara juga berharap jika ada hal yang seperti ini relawan Amerta agar cepat mengabari sehingga bisa merespon dengan cepat. Apalagi konsep utama Amerta adalah bisa tetap dan terus menerapkan konsep Menyama Braya dan budaya tolong-menolong dimasyarakat. 

Sembari menyampaikan, paling tidak harapan kami, jika sudah bekerja untuk Kota Denpasar mustinya memiliki kartu kesehatan setelah pensiun. Ini harus kita pikirkan lagi ke depannya. 

Baca Juga :  Lagi Tiga Pasien Covid-19 di Bali Meninggal, Total Jadi 68

“Kalau nantinya saya dipilih dan dipercaya masyarakat untuk memimpin Kota Denpasar, maka yang utama adalah bisa tetap memprioritaskan kesejahteraan masyarakatnya, baik itu lewat kesehatan, pendidikan maupun lainya ,” pungkasnya. (sus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *