Pariwisata & Budaya

Ketua PHDI Bandung Barat: Jadikan Perbedaan Sebagai Khazanah Bangsa yang Harus Direkatkan

(Dutabalinews.com), Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bandung Barat I Nyoman Lasiana, S.Sos,MM mengajak masyarakat menumbuhkan ide-ide kreatif anak muda untuk membentuk persamaan rasa dalam kebhinekaan.

Oleh karena itu, kebhinekaan atau pluralitas masyarakat Indonesia sangat tinggi, dimana agama, ras, etnis, bahasa, tradisi budaya penuh perbedaan. “Dalam keberagaman dibutuhkan kedewasaan seluruh warga negara. Menjadikan perbedaan sebagai khazanah bangsa yang harus direkatkan dengan persatuan yang kuat, saling memberi dan saling mengisi,” ujar Nyoman Lasiana,S.Sos.,M.M., Sabtu (28/8) bertepatan pada Hari Raya Saraswati di Bandung Barat.

Dikatakan Indonesia negara yang Bhinneka Tunggal Ika sudah tentu perbedaan itu adalah hal yang wajar. “Mari kita bersatu, jangan sampai tercerai berai. Mari jadikan perbedaan sebagai bunga-bunga yang beranekaragam yang menghiasi taman nusantara,” ajak Lasiana.

Masyarakat sangat penting diberikan rasa kebersamaan di dalam perbedaan. Menumbuhkan kebersamaan dalam situasi yang penuh persaingan dibutuhkan insan-insan yang mau berkorban, berani berkorban. Upaya itu sebagai bentuk perjuangan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia yang sudah memasuki usia 76 tahun. Memang berkorban dalam situasi persaingan global dibutuhkan jiwa-jiwa yang tulus.

Hal itu memang sangat langka ditemukan kalau tidak dibibit dari sedini mungkin. Selain itu, jiwa rela berkorban juga dibutuhkan, dimana persaingan begitu ketat bahkan mungkin tidak sehat, maka sangat diperlukan sportivitas, merasa senasib sepenanggungan, menjadikan ‘tat twam asi’ sebagai bagian dari jiwanya.

Menimbulkan rasa itu dibutuhkan waktu, kebersamaan dan situasi yang mendukung apalagi situasi saat ini yang serba tidak menentu, penghidupan sulit, di masa pandemi Covid-19 yang tidak tahu kapan akan berakhir, penyelesaiannya bagaimana!

Saat inilah dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang berjiwa besar, hatinya murni untuk menyelamatkan umatnya walaupun dia mengorbankan, waktu, perasaan, materi, bahkan mungkin kehidupannya. Di saat inilah pemimpin itu dibutuhkan kehadirannya, atau negeri ini akan hancur. Dalam situasi sulit ada dua kemungkinan, negeri itu akan hancur atau akan melahirkan orang-orang besar.

Dalam situasi sulit itu seperti seorang ibu sedang hamil, penuh perjuangan, penuh perhatian, selalu waspada dan tidak pernah lengah, tidak pernah bosan mengoreksi diri dan menyiapkan diri.

“Menunggu kelahiran orang-orang besar. Yang akan membesarkan negerinya, daerahnya, agamanya, untuk membawa kedamaian di seluruh negeri,” ungkapnya.

Untuk itu, pihaknya mengajak berdoa semoga orang-orang besar dalam kebhinekaan segera terlahir sehingga umat tidak lama dalam penderitaan, dalam ketidakpastian, dalam moril yang rendah. Kepemimpinan yang gagal akan berakibat penderitaan lama pada umatnya, pada masyarakatnya.

“Seperti negeri-negeri yang dulu adi kuasa tapi sekarang hanya tinggal sejengkal, bahkan mungkin hanya tinggal nama,” ungkapnya. Dalam mencegah nasi sudah jadi bubur, sebaiknya evaluasi diri, koreksi diri, supaya tidak kecemplung pada lubang yang sama.

“Berebut menjadi pemimpin saat enak adalah sifat-sifat penikmat, tetapi berani memimpin saat sulit itulah sifat pemimpin sejati,” ungkapnya.

Mempertahankan jauh lebih berat daripada merebut, itulah kata-kata pejuang jaman dulu. “Sekaranglah masa kita menunjukkan pengabdian, berjuang mempertahankan keutuhan dalam kebhinnekaan dalam bingkai NKRI yang maju, khususnya di pulau dewata yang kita sayangi,” tutupnya. (ist)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *