Penguatan Wawasan Kebangsaan dan Sosialisasi MBKM Jadi Fokus Materi PKKMB 2022 STIMI HANDAYANI
(Dutabalinews.com), Fenomena yang terjadi pasca pandemi Covid-19 didapati melemahnya kegairahan melanjutkan studi pendidikan tinggi. Banyak anak muda usia mahasiswa yang tidak menjadikan pendidikan menjadi prioritas penting.
“Hal ini mungkin disebabkan dampak ekonomi yang merosot dan banyaknya orangtua yang terkena PHK atau keberlangsungan bisnisnya anjlok. Oleh karenanya kita ingin mengajak mereka kembali ke kampus agar bisa melibatkan mereka kembali ke kampus seraya menginginkan bahwa pendidikan adalah hal yang utama dan penting,” ungkap Ketua Yayasan Pendidikan Handayani Dr. Ida Bagus Radendra Suastama, SH. MH. disela-sela Masa Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Tahun 2022, Sabtu (24/9/2022).
Menurutnya, materi topik Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) merupakan implementasi dari dinamika yang dibutuhkan untuk bisa fleksibel dan kreatif dalam menghadapi perubahan. Sebab tersedia kesempatan untuk belajar 3 semester di luar program studi ini agar bisa dimanfaatkan melalui mengambil mata kuliah yang tersedia di luar prodinya sesuai passion yang diminati. Sesungguhnya MBKM itu basisnya adalah adaptif dan progressive learning dan menjadikan kampus bagaikan sebuah HUB untuk saling berinteraksi.
“Namun selain materi MBKM, kegiatan PKKMB juga sekaligus memperkuat wawasan kebangsaan,” kata I.B. Radendra Suastama yang pada tahun 2017 lalu bersama para rektor-rektor lain menggagas ‘Aksi Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme’ hingga akhirnya dipertemukan dengan Presiden Jokowi.
Isu strategis lainnya yaitu Radendra mengingatkan bahwa menjelang dinamika politik 2024 hendaknya semua pihak turut menjaga kerukunan bangsa dan jangan sampai terpecah belah karena dampaknya akan semakin menghambat keberlangsungan pembangunan.
Tidak perlu terjadi ada gontok-gontokan karena disebabkan oleh sebuah perbedaan pandangan politik maupun agama. “Lucu jadinya orang-orang sudah melancong ke bulan akan tetapi kita masih ribut-ribut soal agama. Sebab persoalan agama dalam Pancasila sudah selesai. Intinya kita harus saling menghormati satu sama lain, mau memilih keyakinan apapun tidak masalah. Bahkan kepada orang yang memilih tidak mempunyai keyakinan pun kita wajib hargai, apalagi kepada sesama umat beragama. Jangan gunakan identitas agama jadi alat politik,” harapnya. (ist)