Yang Unik dari Kampanye “Canvassing” Caleg PSI Emiliana Sri Wahjuni: “Kok Baliho Bisa Hidup?”
(Dutabalinews.com), Metode kampanye canvassing atau kampanye door to door langsung ke rumah-rumah warga calon pemilih dengan pendekatan personal menjadi pilihan efektif bagi caleg PSI (Partai Soliditas Indonesia). Seperti yang dilakukan Emiliana Sri Wahjuni, S.E.,caleg perempuan PSI yang maju ke DPRD Kota Denpasar dapil Denpasar Selatan nomor urut 3.
Uniknya banyak cerita menarik dan kisah-kisah inspiratif yang dialami Emiliana Sri Wahjuni saat bertatap muka langsung dengan calon pemilih. Mulai dari yang awalnya ditolak warga hingga akhirnya warga malah antusias berbincang-bincang dan mendengarkan pemaparan progam PSI sebagai partai baru maupun perjuangan Emiliana khususnya untuk pemberdayaan perempuan.
Emiliana mengakui awalnya memang agak berat melakukan kampanye canvassing langsung ke rumah-rumah atau ke tempat publik menyapa warga sebab tidak sedikit dirinya mengalami penolakan. Bahkan ada warga yang langsung tiba-tiba seperti alergi mendengar Emiliana memperkenalkan diri sebagai caleg PSI. “Ada ibu-ibu yang langsung menolak saya dan bilang tidak mau ikut-ikut politik. Tapi saya sabar dan coba kasi pemahaman bahwa saya hanya ingin memperkenalkan diri bukan mengajak ikut-ikutan politik praktis,” ungkap Emiliana, Minggu (3/3) di Denpasar.
Mendapat banyak penolakan bahkan hingga ada jawaban sinis dari warga tak membuat ibu dari dua orang putri ini patah semangat dan menyerah menjalani keyakinan dan perjuangannya sebagai calon wakil rakyat. Ia terus melakukan pendekatan personal kepada warga melalui kampanye canvassing.
Ia menganggap warga sebagai sahabat yang perlu didengarkan keluh kesah dan aspirasinya, bukan semata-mata ingin meraup suara atau mencari dukungan. Pendekatan personal ditambah dengan sentuhan emosional lewat simpati dan empati, membawa Emiliana perlahan tapi pasti mulai disenangi warga dan kehadiran akhirnya diterima dengan tangan dan hati terbuka.
Hingga akhirnya banyak warga yang antusias dan respek dengan kehadirannya yang dianggap datang dengan nuansa baru, pendekatan dan pola berbeda dibandingkan caleg petahana yang hanya mengandalkan bansos tapi tidak pernah betul-betul memahami kebutuhan dan aspirasi warga, bahkan sangat jarang bertemu warga.
Hingga ada beberapa warga yang sebelumnya hanya sekilas melihat Emiliana di baliho yang terpampang di sejumlah titik di Denpasar Selatan sampai-sampai nyeletuk saat baru pertama kali bertemu dengan Emiliana dan terkesan dengan sikap hangat dan bersahabat yang ditujukan caleg perempuan PSI ini.
“Ada warga yang nyeletuk ‘kok baliho Ibu ini hidup ya. Saya kira Ibu ini hanya ada di baliho,” kata Emiliana menirukan celetukan dan selorohan salah seorang ibu-ibu. Ia pun langsung tertawa mendengar pertanyaan lugu ibu-ibu ini.
Hal itu diungkapkan warga karena mereka selama ini tidak pernah betul-betul mengenal caleg yang ada. Sebab kebanyakan caleg dianggap hanya eksis atau ada di baliho. Bahkan ibaratnya mereka hanya ada di cerita dongeng, tidak hadir nyata di tengah masyarakat. Dari sanalah Emiliana merasa bahwa ia perlu terus hadir dan dekat dengan warga Denpasar entah akhirnya mereka memilih dirinya atau tidak. Sebab ia ingin memberikan pemahaman bahwa masyarakat harus benar-benar mengenal caleg yang akan dipilih.
“Jangan hanya tahu nama dan wajahnya di baliho tapi tidak pernah berinteraksi langsung layaknya seorang sahabat. Masyarakat jangan seperti beli kucing dalam karung dalam memilih caleg dan calon pemimpinnya,” ungkap Emiliana. Di sisi lain warga pun merasa senang dikunjungi Emiliana dengan pendekatan personal seperti ini. Di sinilah kesempatan Emiliana masuk menyampaikan visi misinya khususnya terkait program-program dan perjuangan pemberdayaan perempuan.
Ia juga mengedukasi pemilih perempuan bahwa inilah saatnya perempuan memilih perempuan agar semakin banyak anggota legislatif perempuan yang bisa memperjuangkan kepentingan dan aspirasi kaum perempuan. “Saya ingin galang kekuatan dan dukungan agar perempuan pilih perempuan. Ini saatnya perempuan bangkit. Kita bisa memimpin perubahan positif sepanjang diberikan kesempatan,” tegasnya.
Emiliana menjelaskan istilah canvassing biasanya digunakan di kalangan sales marketing sebagai sebuah aktivitas terencana yang dilakukan seorang sales untuk menawarkan, mendistribusikan, mencari pesanan penjualan atas produk dan jasa, termasuk menyampaikan dan mengumpulkan informasi tertentu dari para pengecer atau konsumen. Biasanya model itu dipakai untuk membangun kontak langsung dengan para pelanggannya. Hal senada terjadi ketika canvassing dilakukan dalam konteks kampanye politik Pileg. Artinya seorang caleg langsung turun ke masyarakat, membangun kontak langsung dengan masyarakat pemilih secara personal maupun emosional.
Disinilah tidak ada jarak antara caleg dan masyarakat yang saling berbaur dan mengenal lebih jauh. Istilahnya high touch campaign (kampanye dengan sentuhan langsung yang intensif) bukan high cost campaign (kampanye berbiaya tinggi) apalagi money politics (politik uang). “Saya rasa canvassing cukup efektif untuk membangun kedekatan dan kepercayaan dengan masyarakat pemilih. Kami tidak ingin mengajarkan masyarakat pragmatis, terjebak dalam bansos apalagi money politics,” tutup Emiliana. (wbp)