Melatih Mahasiswa Sebagai Calon Pemimpin: Kritis, Percaya Diri, dan Berani
(Dutabalinews.com), Mahasiswa merupakan benih yang harus dipelihara agar tumbuh bagus dan tangguh untuk menjadi pemimpin masa depan. Dan kampus menjadi salah satu tempat untuk menempa bakal pemimpin.
“Karena itu modal tekun belajar di kampus saja belum cukup, harus dibekali keterampilan selain teori. Mahasiswa harus kritis dan punya nyali besar dan berani tampil agar percaya diri untuk bisa menjadi pemimpin,” ujar Anggota DPD RI dapil Bali Dr. Made Mangku Pastika, M.M. saat tampil sebagai pembicara pada acara “Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) Fisipol, Universitas Warmadewa”, bertempat di Auditorium Widya Sabha Utama Universitas Warmadewa Denpasar, Kamis (28/3).
Kegiatan yang dihadiri ratusan mahasiswa dan akademisi tersebut mengangkat tema “Optimalisasi Karekter Kepemimpinan Insan Biru Tua sebagai ‘Social Control’ yang Logis dan Kritis” diisi dengan tanya jawab.
Diingatkan Bali ke depan memerlukan pemimpin yang tangguh dan dipercaya rakyat untuk menjaga Bali. Karena itu benih-benih (mahasiswa) ini harus dilatih dengan baik agar berani tampil menyuarakan aspirasinya di depan publik.
Harus dikembangkan pola-pola agar mahasiswa berpikir kritis dan melahirkan solusi ketika ada masalah. Pemimpin itu mesti punya nyali besar, berani tampil dan percaya diri.
“Kalau takut jangan bermimpi jadi peminpin. Jangan
takut salah, harus berani mencoba biar tahu dimana salah benarnya,” ujar mantan Gubernur Bali dua periode ini.
Mangku Pastika juga mengingatkan pentingnya mahasiswa terus melatih dan mengasah otak untuk berpikir sehingga melahirkan inovasi dan imajinasi. Bukan sekadar mengutip apa yang ada di buku.
Terkait pertanyaan mahasiswa soal dampak pariwiaara baik terhadap lingkungan, kemacetan dan sosial budaya, mantan Kapolda Bali ini menegaskan kuncinya tergantung ketegasan menerapkan aturan. Sebab aturannya sudah ada dan cukup banyak. “Sekarang tinggal ‘law enforcement’, apa mau dan berani,” ujar Mangku Pastika.
Dijelaskan dalam pariwisata itu sering terjadi pertentangan dengan lingkungan. Ini seperti bejana berhubungan. Banyak dampak negatif selain positifnya.
“Yang penting bagaimana cara mengatasi masalahnya, apa solusinya. Jadi kalau kita mau menjalankan fungsi kontrol maka harus ada data dan cara mengatasinya,” pesan Mangku Pastika seraya memuji keberanian dan sikap percaya diri mahasiswa saat menyampaikan pendapat dan gagasannya.
“Model seperti ini yang harus didorong terus dan saya berharap banyak dari kampus ini lahir pemimpin-pemimpin Bali ke depan,” pungkasnya. Dalam sesi tanya jawab, sejumlah mahasiswa melontarkan kekhawatiran dampak pariwisata seperti adanya turis yang kebut-kebutan di jalan umum dan aturan lingkungan yang dilanggar. Meski ada sisi positifnya seperti kontribusi bagi pedagang di sekitar objek wisata, dll. (bas)